Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Alih-alih berpotensi mengganggu pasar, rencana merger bank syariah entitas anak Himbara (himpunan bank milik negara) justru didukung sejumlah perbankan syariah lainnya.
Asal tahu, sampai Juni 2020, jika ditotal aset tiga bank yang bakal melakukan penggabungan usaha yaitu PT Bank BRI Syariah Tbk (BRIS), PT Bank Mandiri Syariah, dan PT Bank BNI Syariah mencapai Rp 214,74 triliun atau setara 40,58% total aset perbankan syariah, termasuk unit usaha syariah (UUS).
Nilai tersebut pun masih dapat melonjak tinggi, meninggat masing-masing induk yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI), PT Bank Mandiri Tbk (BMRI), dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) bakal mengalihkan asetnya di Aceh kepada entitas anaknya masing-masing.
Ini terkait ketentuan Qanun Lembaga Keuangan Syariah (LKS) yang mewajibkan lembaga keuangan di Aceh mesti beroperasi dengan prinsip syariah paling lambat pada 2022.
Baca Juga: Perlambatan kredit modal kerja mulai bisa direm
“Kami melihatnya merger justru menjadi sinyal yang positif, karena dengan bank syariah yang besar misalnya dapat memimpin pembiayaan sindikasi syariah yang bisa mengajak bank syariah maupun UUS lain untuk partisipasi,” kata Direktur Unit Usaha Syariah PT Bank Permata Tbk (BNLI) Herwin Bustaman kepada KONTAN, Rabu (14/10).
Belakangan sejumlah bank syariah memang makin guyub melakukan pembiayaan syariah secara domestik. BNI Syariah misalnya bulan lalu memimpin sindikasi pembiayaan investasi Rp 226 miliar bersama PT Bank Panin Dubai Syariah Tbk (PNBS), dan PT Bank BJB Syariah.
Dari catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pembiayaan investasi non UMKM yang salah satu komponennya adalah pembiayaan sindikasi juga terus meningkat. Sampai Juli 2020 tercatat portofolionya mencapai Rp 62,09 triliun dengan pertumbuhan 6,65% (yoy).
Direktur Syariah Banking PT Bank CIMB Niaga Tbk (BNGA) Pandji P. Djajanegara pun sepakat, pembentukan bank syariah yang besar bisa meningkatkan level perbankan syariah secara umum. “Konsolidasi bisa menciptakan efisiensi di industri, sehingga ragam produk, dan infrastruktur juga makin bisa bersaing dengan bank konvesnional. Apalagi sekarang pasar syariah masih kecil, hanya 6% dibandingkan konvensional,” ujarnya kepada KONTAN.
Baca Juga: Restrukturisasi kredit terimbas pandemi corona sudah capai Rp 904 triliun
Sebelumnya Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) sekaligus Ketua Tim Project Management Office Hery Gunardi bilang hasil penggabungan tiga bank syariah tersebut bahkan bisa masuk jajaran sepuluh besar bank syariah berkapitalisasi teratas di dunia.
“Tujuan merger untuk memiliki bank syariah yang besar, dan berdaya saing global. Bank hasil merger uga bisa masuk 10 bank terbesar berdasarkan kapitalisasi pasar di dunia,” kata Hery saat jumpa pers daring Selasa (13/10).
Dengan target penyelesaian merger pada Februari 2021 mendatang, Hery menaksir total aset bank hasil merger bakal mencapai hingga Rp 220 triliun-225 triliun dengan laba Rp 2,2 triliun pada akhir 2020. Sedangkan dengan asumsi konservatif, sampai 2025 aset diproyeksi bisa mencapai Rp 390 triliun, pembiayaan Rp 272 triliun, dan DPK senilai Rp 335 triliun.
Selanjutnya: Soal merger, Dirut Bank Mandiri Syariah: Nasabah bank syariah BUMN tak perlu panik
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News