Reporter: Issa Almawadi, Dessy Rosalina | Editor: Dessy Rosalina
Pelemahan kurs rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS) menyebabkan sejumlah kalangan panik, termasuk pemerintah. Makanya, pekan kemarin Bank Indonesia (BI) mengambil langkah menaikkan suku bunga acuan (BI rate). Namun, di sisi lain, pelemahan rupiah justru membawa berkah bagi sejumlah pihak.
Misalnya para eksportir. pelemahan rupiah justru menjadi momentum mereka menggenjot untung maksimal. Tapi tak cuma eksportir, para bankirpun ikut mengalap berkah. Maklum, transaksi eksportir dijembatani oleh produk trade finance yang disodorkan perbankan. "Eksportir justru merasa senang. Pelemahan rupiah dipandang sebagai sesuatu yang positif. Sebab meningkatkan nilai transaksi yang mereka terima," ujar Sekretaris Perusahaan Bank Rakyat Indonesia (BRI), Muhamad Ali.
Senada, Vice President Deputy General Manager Head of Trade Services BNI, Afien Yuni Yahya, mengatakan dalam sebulan terakhir, nasabah BNI terlihat memanfaatkan kondisi rupiah yang tengah bergoyang. "Nasabah trade finance BNI meningkatkan transaksi ekspor mereka. Dari segi frekuensi, permintaan dokumen eskpor yang dilaporkan terlihat melonjak dua kali lipat dibanding bulan-bulan sebelumnya," imbuh dia.
Di BNI, peningkatan transaksi ekspor terjadi hampir di seluruh sektor, khususnya garmen dan pengolahan hasil kehutanan. Meski ada lonjakan di kegiatan ekspor, Afien mengklaim, transaksi impor pun tetap menunjukkan pertumbuhan positif.
Sedikit berbeda, Kepala Divisi Trade Finance&Remitance BCA, Edmund Tondobala, mengatakan hingga saat ini efek fluktuasi rupiah belum mempengaruhi frekuensi transaksi. Alasannya, eksportir di BCA kebanyakan sudah memiliki dual account dengan denominasi rupiah dan dollar AS. Di samping itu, nasabah juga melakukan hedging untuk memproteksi keuntungan mereka
Edmund memprediksi, transaksi ekspor impor hingga akhir tahun nanti tidak bakal jauh berbeda dengan tahun kemarin. "Ada pengaruh penurunan harga komoditas dan perlambatan ekonomi, semisal di China," ujarnya.
BRI dan BNI memandang semester dua dengan optimistis. Ali bilang, bisnis trade finance terus menunjukkan pertumbuhan positif. Terlepas dari pergerakan rupiah, menurut dia, potensi ekspor impor sangat besar. Atas dasar itulah, BRI kini mengembangkan infrastruktur yang mumpuni. "Kami gencar meningkatkan teknologi dan sumber daya. Kami juga fokus mengincar nasabah korporasi yang saat ini sudah menjadi nasabah existing BRI di segmen kredit," jelas Ali. Tahun lalu, BRI meningkatkan layanan trade finance dengan pembuatan trade processing centre (TPC) dan tenaga khusus trade finance di beberapa kota, seperti Medan, Jakarta, dan Surabaya.
Direktur Korporasi Bank Muamalat, Luluk Mahfudah, menargetkan layanan trade finance Bank Muamalat tumbuh tiga kali lipat sepanjang tahun 2013. Demi meningkatkan layanan,Bank Muamalat menyiapkan infrastruktur. SDM dan lain-lain. "Target transaksi tahun ini Rp 45 miliar dibanding tahun kemarin Rp 16 miliar," ujar dia.
Direktur Tresuri dan Financial Institution BNI, Adi Setianto, sebelumnya mengatakan prospek ekonomi Indonesia yang kinclong menjadikan layanan trade finance bakal tumbuh kencang. Sepanjang tahun ini, BNI memasang target volume transaksi trade finance tumbuh 20% menjadi US$ 24,6 miliar.
Porsi impor mencapai US$ 18 miliar dan US$ 6 miliar dari ekspor. Untuk menggenjot kinerja, BNI mengembangkan sistem teknologi informasi trade finance "BNI membenamkan investasi sekitar Rp 100 miliar pada tahun ini," ujarnya. Dari target itu, BNI yakin bisa mengantongi komisi Rp 477 miliar - Rp 500 miliar pada tahun 2013.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News