kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Saham Bank Digital Ambruk Saat Suku Bunga Naik, Begini Rekomendasi Analis


Jumat, 14 Oktober 2022 / 19:34 WIB
Saham Bank Digital Ambruk Saat Suku Bunga Naik, Begini Rekomendasi Analis
ILUSTRASI. Kinerja saham emiten bank digital kompak melorot.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kinerja saham emiten bank digital kompak melorot. Baik secara harian, mingguan, bulanan, hingga sejak awal tahun kompak memerah di penutupan perdagangan pada Jumat (14/10).

Harga saham Bank Jago (ARTO) merosot 68,59% sejak awal tahun menjadi Rp 5.025. Lalu Allo Bank (BBHI) turun -58,38% sejak awal tahun menjadi Rp 1.675.

Sedangkan Bank Raya (AGRO) ambles 73,04% sejak awal tahun menjadi Rp 488. Kemudian, harga saham Bank Aladin (BANK) mencatatkan -33,84% sejak awal tahun menjadi Rp 1.515.

Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana mengakui valuasi bank digital memang mahal. Ini akibat dari kenaikan harga saham di tahun lalu lebih karena investor memproyeksi bank digital akan bertumbuh dan menjangkau masyarakat yang selama ini belum bankable.

Baca Juga: Saham Allo Bank (BBHI) Melorot, Nilai Saham Mega Corpora Menguap Rp 50 Triliun

“Tahap pertumbuhan ini tentunya membutuhkan pendanaan untuk dibakar. Kondisi tahun lalu pendanaan masih relatif murah pasca pandemi dan investor berharap sektor ini akan booming,” ujar Wawan kepada Kontan.co.id, Jumat (14/10).

Namun lain cerita di 2022, Wawan melihat fokus investor mulai bergeser ke sektor energi yang menjadi primadona saat krisis geopolitik. Di sisi lain, pembukaan aktivitas ekonomi dan pertumbuhan ekonomi membuat bank konvensional seksi. 

Ditambah tren kenaikan suku bunga akan membebani pembiayaan bagi bank digital ke depannya.

Hal itu membuat investor melakukan switching ke sektor lain yang dipandang lebih menarik dan lebih tahan kenaikan suku bunga. 

"Saya belum ada harga wajar dan target harga dari bank digital, karena menunggu laporan keuangan kuartal III-2022,” paparnya.

Wawan menyatakan prospek bank digital masih belum bisa diharapkan bisa memberikan profitabilitas yang tinggi. Sehingga, investor hanya bisa mengharapkan pertumbuhan dari sisi pengguna maupun transaksi. 

Bila bank digital bisa membuktikan harapan investor tersebut, ia yakin emiten ini bisa menarik minat investor kembali.

Ia menyarankan kepada investor yang ingin masuk ke saham bank digital untuk memperhatikan tiga hal yakni fundamental, prospek bisnis dan likuiditas.  Untuk fundamental, maka harus memperhatikan rasio umum seperti return in equity (ROE).

“Lalu juga pertumbuhan laba, valuasi seperti price earning per share (PER) dan price book value (PBV). Namun dua rasio ini di bank digital akan ajaib karena jauh lebih mahal dibanding bank besar seperti BBNI atau BMRI padahal aset dan pendapatannya tidak ada 10%nya,” paparnya.

Lain halnya dengan Maximilianus Nico Demus, Direktur Asosiasi Riset dan Investasi Pilarmas Investindo yang masih melihat peluang di emiten bank digital. Sebab melorotnya kinerja saham bank digital terjadi karena sentimen kenaikan suku bunga dan inflasi yang terus menanjak.

Sebab secara net interest margin, Nico melihat kinerja bank digital masih optimal. Ia masih optimis untuk saham ARTO yang telah teruji mengoptimalkan ekosistem GoTo. 
Setelah itu, ia melihat BBHI juga memiliki prospek karena telah mengumumkan bakal bekerja sama dengan Traveloka.

“Seluruh dunia tengah mengalami ketidak pastian, lalu ada krisis pangan dan energi, serta inflasi dan bunga naik. Dari 11 sektor yang ada di bursa, salah satu sektor teknologi akan berdampak suku bunga,” jelasnya.

Baca Juga: Nilai Saham Jerry Ng dan Go To di Bank Jago (ARTO) Menguap Puluhan Triliun Rupiah

Ia melihat, saat sektor teknologi tertekan, bisa saja investor merasa cukup akan kepemilikannya di sektor ini. Bahkan ada investor yang mengalihkannya ke sektor yang lebih defensif seperti konstruksi maupun kebutuhan pokok.

Ia mengaku sentimen negatif ini cukup besar terlebih euforia bank digital juga sudah usai. Ia optimis terhadap prospek bank digital, selama sentimen hanya datang dari bunga dan inflasi.

Bila sentimen ini mereda, Nico yakin harga saham bank digital bisa kembali bangkit. Ia menargetkan harga saham BBHI Rp 2.000, ARTO Rp 11.000 dan BBYB Rp 2.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×