Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank-bank kecil tinggal punya waktu enam bulan lagi untuk memenuhi tahapan ketentuan modal inti minimum menjadi Rp 2 triliun. Pencarian calon investor terus dilakukan untuk memperkuat permodalan meskipun pengendali di beberapa bank masih tetap berkomitmen berikan suntikan modal.
PT Bank Sahabat Sampoerna dan PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) merupakan contoh bank kecil yang pengendalinya tetap berkomitmen lakukan injeksi modal sembari juga tetap mengajak investor baru untuk masuk.
PT Bank Sahabat Sampoerna saat ini masih terus melakukan penjajakan dengan beberapa calon investor strategis untuk masuk mendukung pertumbuhan bisnis perseroan ke depan.
Baca Juga: Ini bank yang akan IPO untuk penuhi aturan modal inti
Salah satu mekanisme yang dijajaki untuk membuka pintu bagi investor strategi tersebut adalah lewat listing atau Initial Public Offering (IPO) di Bursa Efek Indonesia.
Jika penjajakan dengan calon investor tidak berhasil, konglomerat keluarga Sampoerna sebagai pengendali saham bank ini akan berkomitmen untuk memenuhi aturan modal inti hingga Rp 2 triliun pada akhir 2021.
"Pemegang saham pengendali sendiri telah menyatakan komitmen untuk Bank Sampoerna memenuhi ketentuan modal minimum di akhir tahun 2021 ini, dengan maupun tanpa investor baru," kata Henky Suryaputra Direktur Bank Sampoerna pada Kontan.co.id, Senin (28/6).
Per Maret 2021, modal inti Bank Sampoerna baru mencapai Rp 1,47 triliun. Artinya, perseroan masih membutuhkan tambahan modal paling sedikit Rp 530 miliar sampai ujung tahun ini.
Baca Juga: Bank-Bank Kecil Mengejar Pemenuhan Ketentuan Modal Lewat Aksi IPO
PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) akan melakukan penambahan modal lewat rights issue tahun ini dengan membidik dana segar sekitar Rp 1 triliun. Perseroan akan menerbitkan saham sebanyak-banyaknya 2 miliar lembar.
Salim Group sebagai pengendali saham Bank Ina akan melakukan injeksi modal dengan menyerap haknya dalam penerbitan rights issue tersebut. “Untuk sementara ini, existing shareholders yang akan menyerap rights issue," ungkap Direktur Utama Bank Ina Daniel Budirahayu.
Per kuartal I tahun ini, modal inti Bank Ina baru mencapai Rp 1,1 triliun. Dana hasil rights issue tersebut akan menambah modal inti perseroan untuk selanjutnya digunakan untuk pengembangan bisnis digital banking.
Sedangkan bank milik Wings Group, PT Bank Multiarta Sentosa (Bank Mas), telah mempersiapkan aksi IPO untuk memenuhi aturan modal inti.
Bank ini akan menawarkan 186.176.500 saham ke publik dengan nilai nominal saham Rp 1.000 dengan harga Rp 3.360. Perseroan diperkirakan meraup dana Rp 625,55 miliar dari IPO. Adapun modal intinya per Maret 2021 tercatat sebesar Rp 1,81 triliun.
Baca Juga: Laporan Keuangan Bank Sahabat Sampoerna
Selain itu, perseroan juga menerbitkan waran sebesar 186.176.500 waran seri I atau sebesar 17,65% dari total jumlah saham ditempatkan dan disetor penuh.
Waran seri I diberikan secara cuma-cuma sebagai insentif bagi para pemegang saham terdaftar pada saat tanggal penjatahan saham IPO.
Masa penawaran umum saham IPO dilakukan pada 24-28 Juni 2021. "Pencatatan di BEI akan dilakukan pada 30 Juni 2021," tulis manajemen Bank Mas dalam keterbukaan informasi.
PT Bank Bisnis Indonesia Tbk (BBSI) akan melakukan rights issue pada kuartal IV mendatang untuk memenuhi modal inti minimal Rp 2 triliun. Namun, hingga saat ini belum ada update informasi apakah perseroan akan kedatangan investor baru selain dari Kredivo yang baru mencaplok 24% saham bank ini pada Mei lalu.
"Jumlah saham yang akan diterbitkan belum ditentukan. Mengenai penyerapannya apakah ada investor baru atau akan diserap pemegang saham eksisting belum ada update informasinya," kata Paulus Wijaya Sekretaris Perusahaan Bank Bisnis.
PT Bank Fama Internasional masih melakukan penjajakan dengan investor strategis. Emil Ismain Sekretaris Perusahaan Bank Fama bilang, mekanisme sebagai pintu masuknya calon investor juga belum diputuskan apakah lewat IPO atau akuisisi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News