Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih akan menempatkan likuiditas yang berlebih di surat berharga negara (SBN). Berdasarkan data Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kementerian Keuangan, jumlah kepemilikan bank di SBN mencapai Rp 1.658,90 triliun hingga Januari 2022 .
Jumlah tersebut naik dari akhir 2021 yang mencapai Rp 1.591 triliun. Sementara, di akhir 2020 jumlah kepemilikan bank di SBN sebesar Rp 1.375 triliun.
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk menyatakan dalam mengelola likuiditas akan terus menjaga kecukupan pemenuhan indikator risiko likuiditas dan optimalisasi pendanaan yang dimiliki. Sekretaris Perusahaan Bank Mandiri Rudi As Aturridha menyatakan saat ini kondisi likuiditas Bank Mandiri sangat terjaga dengan baik yang dapat dilihat dari realisasi rasio-rasio likuiditas.
“Mulai dari pemenuhan Giro Wajib Minimum yang selalu sesuai dengan ketentuan Bank Indonesia, Liquidity Coverage Ratio (LCR) per 31 Desember 2021 sebesar 200.56% (Bank Only) di atas ketentuan minimal 100% dan Net Stable Funding Ratio (NSFR) sebesar 126.20% (Bank Only) di atas ketentuan minimal 100%,” ungkap Rudi kepada Kontan.co.id pada Rabu (16/1).
Baca Juga: Laba Bank Danamon (BDMN) Naik 56% pada Tahun Lalu
Adapun, per Desember 2021 total Surat Berharga Negara yang dimiliki Bank Mandiri mencapai Rp 235.8 triliun (bank only). Rudi bilang pertumbuhan posisi Surat Berharga Negara diproyeksikan melandai seiring mulai meningkatnya permintaan kredit yang sejalan dengan perbaikan ekonomi di 2022.
Adapun PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk melihat SBN dan surat berharga lainnya merupakan salah satu alternatif instrumen investasi dalam optimalisasi ekses likuiditas perbankan. Sekretaris Perusahaan BRI optimis SBN masih memiliki daya tarik imbal hasil yang baik di mata investor.
“Dengan didukung kebijakan moneter yang akomodatif, percepatan vaksinasi, dan semakin solidnya fundamental ekonomi Indonesia. Pengelolaan portofolio SBN BRI masih berfokus pada strategi active portfolio management dengan tetap mengedepankan prinsip-prinsip manajemen risiko,” ujar Aestika kepada Kontan.co.id.
Lanjutnya, BRI menerapkan strategi pengelolaan portofolio didukung dengan peningkatan client base dan peran aktif BRI sebagai salah satu market maker di pasar perdana dan pasar sekunder surat berharga Indonesia.
Baca Juga: BTPN Catat Portofolio Pembiayaan ke Sektor ESG Capai Rp 12,35 Triliun Per Akhir 2021
Untuk meningkatkan agilitas pengelolaan portofolio SBN, BRI terus mengoptimalkan fungsi riset dan monitoring portofolio dalam mengikuti perkembangan pasar. “Pada akhir tahun 2021, penempatan SBN BRI tercatat sebesar Rp 248 triliun atau tumbuh 16.43% secara year on year (yoy),” paparnya.
Ia melihat rencana kenaikan suku bunga The Fed akan menjadi tantangan global di tengah pemulihan ekonomi Indonesia dari pandemi Covid-19 yang dapat mempengaruhi pergerakan pasar SBN di 2022.
Untuk itu, BRI akan melakukan penempatan dana di instrumen SBN akan terus dioptimalkan dengan mengedepankan pengelolaan risiko dan alokasi portfolio secara komprehensif.
PT Bank Central Asia Tbk BCA mencatat dana yang ditempatkan dalam surat berharga mencapai Rp231 Triliun per Desember 2021. Executive Vice President Secretariat & Corporate Communication BCA, Hera F. Haryn menyatakan penempatan dana pada instrumen surat berharga sebagai bagian dari strategi pengelolaan likuiditas perusahaan.
“Juga mendukung perekonomian nasional di tengah tantangan terkini. Hal ini juga untuk menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat,” jelasnya kepada Kontan.co.id.
Lanjutnya, seiring dengan dukungan likuiditas BCA yang sangat memadai, didukung oleh pertumbuhan dana pihak ketiga yang solid. Juga mempertimbangkan imbal hasil yang baik dan instrumen yang beresiko rendah, hingga saat ini memberikan kontribusi positif bagi perusahaan.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News