kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Sektor keuangan menjadi target utama serangan siber, ini kata BSSN dan OJK


Minggu, 31 Oktober 2021 / 16:48 WIB
Sektor keuangan menjadi target utama serangan siber, ini kata BSSN dan OJK
ILUSTRASI. FILE PHOTO: A man types on a computer keyboard in front of the displayed cyber code in this illustration picture taken on March 1, 2017. REUTERS/Kacper Pempel/Illustration/File Photo


Reporter: Ahmad Febrian | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA.  Sektor keuangan adalah target utama dari serangan siber. Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN)  membeberkan jenis-jenis serangan yang mengincar sektor tersebut.

"Sektor keuangan tertinggi dalam menghadapi serangan siber. Jenisnya beragam, dari ransomware, phishing, dan lainnya," terang Direktorat Keamanan Siber dan Sandi Keuangan, Perdagangan, dan Pariwisata BSSN, Mawidyanto Agustian dalam acara diskusi virtual, Kamis (28/10).

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sendiri telah  merilis Cetak Biru Transformasi Digital Perbankan pada Selasa (26/10). Lalu berencana menerbitkan Peraturan OJK (POJK) baru terkait manajemen risiko keamanan siber di sektor perbankan. 

"Ini sangat kritikal, yang menjadi salah satu alasan kenapa kita harus cepat memberikan panduan dan POJK. Teman - teman OJK bergerak cepat untuk menyiapkan aturan dalam waktu dekat," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Heru Kristiyana.  Menurut Heru, transaksi perbankan harus nyaman dan aman. Baik untuk bank maupun nasabah. 

Perbankan mencatatkerugian riil sebesar Rp 246,5 miliar akibat serangan siber pada semester I 2020 - semester I 2021.

"Tetapi dari kerugian riil itu, terdapat potensi kerugian Rp 208,4 miliar dan nilai pemulihan sebesar Rp 302,5 miliar dari laporan yang kami terima," kata Deputi Komisioner Pengawas Perbankan I OJK Teguh Supangkat.

Tak hanya perbankan, nasabah juga dirugikan. Pada periode yang sama, nasabah perbankan mengalami kerugian sebesar Rp 11,8 miliar, potensial kerugian Rp 4,5 miliar dengan nilai pemulihan Rp 8,2 miliar. 

Sementara kerugian dari pihak lain menyentuh angka Rp 9,1 miliar, potensi kerugian Rp 3,8 miliar dan nilai pemulihan sebesar Rp 3,8 miliar. Artinya, porsi kerugian bank paling besar yakni 77% dari total kerugian. Menyusul nasabah dan pihak lain masing - masing sebesar 20% dan 3%. 

Tak hanya kerugian, serangan siber juga menyebabkan kasus fraud di perbankan naik. Pada periode tersebut, terdapat 7.087 laporan kasus fraud. Sebanyak 45% kejadian fraud tersebut terjadi pada semester II 2020. Dari jumlah tersebut, mayoritas kejadian fraud menggunakan siber sebesar 71,6% terjadi di bank umum milik pemerintah.

"Jenis fraud dengan penggunaan siber yang masuk ke dalam tindakan lain sebesar 47,48% dari total kasus dengan kecenderungan kejadian antara lain skimming dan social engineering," jelas Teguh. 

Maraknya siber ini meruapakan tanggungjawab bersama, termasuk nasabah. Michael Hamilton, Chief Strategy, Transformation & Digital Officer Mybank Indonesia mengibaratkan masalah keamanan  ini dengan gembok di rumah. "Percuma di rumah pakai gembok yang sangat aman, tapi kuncinya gampang diambil," ungkapnya.


Jadi, gembok dijaga, bank siaga dan regulator baik BSSN dan OJK menyiapkan perangkat perlindungan nasabah. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×