kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Strategi Sejumlah Bank Digital Tekan Laju Kenaikan Risiko Kredit Bermasalah


Senin, 07 Oktober 2024 / 08:42 WIB
Strategi Sejumlah Bank Digital Tekan Laju Kenaikan Risiko Kredit Bermasalah
ILUSTRASI. Petugas teller melayani nasabah di salah satu kantor cabang bank pemerintah di Tangerang Selatan, Senin (22/8/2022). Sejumlah bank digital terus menjadi sorotan utamanya terkait rasio kredit bermasalah yang terus meningkat.


Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Noverius Laoli

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah bank digital terus menjadi sorotan terkait peningkatan rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL). Meskipun demikian, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae, menyatakan bahwa secara umum NPL pada bank digital masih dalam batas wajar dan cenderung membaik.

"Salah satu yang perlu diperhatikan bank-bank digital ini adalah skema channeling kredit. Dalam kemitraan antara perbankan dan fintech lending melalui skema ini, risiko dapat muncul dari faktor internal dan eksternal," ujar Dian kepada kontan.co.id. 

Ia menambahkan bahwa peningkatan kapabilitas credit scoring diperlukan dari sisi internal, sementara faktor eksternal, seperti ketidakpastian ekonomi global, turut mempengaruhi nilai aset keuangan.

Baca Juga: Strategi Sejumlah Bank Digital Tekan Laju Kenaikan Risiko Kredit Bermasalah

Dian juga menekankan pentingnya penerapan kebijakan manajemen risiko yang lebih ketat dan inovasi teknologi untuk menjaga keamanan dan efisiensi operasional, khususnya bagi bank yang bermitra dengan fintech.

Salah satu contoh bank digital, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI), mencatat kenaikan NPL gross dari 0,05% pada Juni 2023 menjadi 0,42% pada Juni 2024. Pencadangan atau CKPN juga meningkat menjadi Rp 31 miliar pada semester I 2024, dari Rp 17 miliar setahun sebelumnya. 

Direktur Utama BBHI, Indra Utoyo, menyatakan bahwa strategi untuk menekan rasio kredit macet dilakukan melalui penyesuaian proses underwriting kredit, khususnya untuk segmen PayLater dan InstantCash. Selain itu, BBHI terus mengembangkan teknologi berbasis Big Data untuk analisis risiko dan kepatuhan.

Dari sisi internal, BBHI juga menerapkan prinsip manajemen risiko yang ketat, dengan pemantauan risiko kredit melalui indikator risiko, memastikan portofolio bank sesuai dengan risk appetite yang telah ditetapkan.

Baca Juga: Judi Online Masih Marak, Begini Upaya yang Dilakukan Link Aja

Indra mengakui bahwa dengan pertumbuhan kredit, NPL diproyeksikan akan meningkat. Namun, BBHI tetap berkomitmen tumbuh secara berkelanjutan dengan disiplin manajemen risiko dan Good Corporate Governance (GCG).

Bank lain yang menunjukkan perkembangan positif adalah Bank Raya. Direktur Keuangannya, Rustarti Suri Pertiwi, melaporkan bahwa NPL gross Bank Raya turun dari 4,35% pada Kuartal II 2023 menjadi 4,14% pada Kuartal II 2024. 

NPL nett juga tetap terjaga di bawah 2%, dengan rasio pencadangan mencapai 349%. Menurutnya, Bank Raya berkomitmen menjaga pertumbuhan yang sehat melalui penerapan prinsip kehati-hatian dalam penyaluran kredit dan restrukturisasi jika diperlukan.

Baca Juga: Bank Jago (ARTO) Bakal Rilis Produk Direct Lending

Sementara itu, Bank Neo Commerce (BBYB) mengalami peningkatan NPL gross dari 1,78% pada Juni 2022 menjadi 3,69% pada Juni 2023, dan NPL nett naik dari 1,41% menjadi 2,02% dalam periode yang sama. BCA Digital juga mencatat kenaikan NPL gross dari 0,45% menjadi 1,5% pada semester I 2024.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×