Reporter: Amalia Fitri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Visionet Internasional (PT VI) atau yang familiar dikenal OVO, menuai pertumbuhan signifikan dan keuntungan di tahun pertama berdirinya. Lahir pada November 2017, basis OVO sudah tumbuh lebih dari 400% dengan 500.000 gerai offline.
"2018 adalah tahun perkembangan eksponensial bagi OVO. Berawal dari pilot project di wilayah Karawaci, kini OVO sudah tersedia di 303 kota di Indonesia," ungkap Direktur OVO Harianto Gunawan Kamis (20/12).
Tak hanya itu, OVO juga berani menyebut saat ini penggunanya mencapai 115 juta perangkat. "Angka ini kami ambil dari jumlah orang yang menginstall dan membuka aplikasi kami, serta jumlah pengguna yang dibawa dari mitra kami, seperti Tokopedia dan Grab," terang Harianto.
Berdasarkan hasil riset Iprice, pengunjung Tokopedia mencapai 153,6 juta orang pada kuartal III-2018. Sementara Grab, berdasarkan data dari ComScore, digunakan oleh 68 juta orang dengan jumlah 2 juta pengemudi.
Lebih lanjut lagi, OVO mengklaim jika ekspansi dan jangkauan luas yang berhasil dijalankannya, terjadi berkat kerjasama dengan Tokopedia, Grab, Moka, Bank Mandiri, dan Alfamart. Anak usaha Lippo Group ini juga memperluas sistem pembayaran QR code untuk Unit Kewirausahaan Menengah (UKM), mempermudah pengisian dompet digital untuk konsumen dan pengemudi Grab, hingga merekrut karyawan bermutu dari Facebook, Visa, Lippo, Moneygram, dan Grab.
Walau mengklaim menuai pertumbuhan pesat, pihak OVO tidak membeberkan berapa jumlah pendapatan pasti dalam rupiah. "Kami belum bisa menyebutkan angka dan statistiknya," jelas Harianto pada acara OVO Payment Point Media Gathering di Jakarta Pusat, Kamis (20/12).
Berbicara target di tahun 2019, Chief Product Officer OVO Albert Lucius mengatakan OVO masih ingin fokus pada investasi dan inovasi. "Jadi untuk rencana IPO (initial public offering) belum ada, belum menjadi fokus kami," ujar Albert.
Target selanjutnya, OVO berharap bisa berada dalam tiap touch point kehidupan masyarakat, memperluas partnership, menyediakan financial partnership dan asuransi. "Dan yang paling penting mengurangi dominasi kultur cash di masyarakat. Hal itu menjadi tantangan terbesar kami," ujar Harianto.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News