kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Suku Bunga The Fed Turun, Kredit Valas Perbankan Berpeluang Terdongkrak


Senin, 23 September 2024 / 07:15 WIB
Suku Bunga The Fed Turun, Kredit Valas Perbankan Berpeluang Terdongkrak
ILUSTRASI. Pertumbuhan penyaluran kredit dalam valuta asing (Valas) diyakini bakal melaju kencang seiring penurunan suku bunga The Fed. ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/Spt.


Reporter: Nurtiandriyani Simamora | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penurunan suku bunga The Fed pekan lalu dan penguatan rupiah yang diproyeksikan masih berlanjut, membuat sejumlah bank makin optimistis pada pertumbuhan penyaluran kredit dalam valuta asing (Valas). 

Pada penutupan perdagangan Jumat (20/9), rupiah spot ditutup di level Rp 15.150 per dolar AS. Ini menguat 0,58% dari perdagangan hari sebelumnya. Dalam sepekan, kurs rupiah spot menguat 1,64% dari Rp 15.402 per dolar AS pada Jumat (13/9) lalu.

Penurunan suku bunga The Fed ini lebih cepat dari prediksi para bankir terjadi di kuartal IV-2024. Pasalnya, dengan The Fed melakukan pemangkasan suku bunga acuannya, maka ada peluang untuk rupiah menguat, sehingga kewajiban debitur dalam melunasi pinjaman bank pun tidak terlalu berat jika dibandingkan dengan saat rupiah melemah.

Baca Juga: Laju Pertumbuhan Kredit Melambat di Agustus 2024 Jadi 11,4%, Terendah Selama 5 Bulan

Bank Negara Indonesia (BNI) misalnya, yang optimistis dengan pemangkasan suku bunga The Fed, akan berdampak pada peningkatan kredit.  

"Dengan The Fed yang menurunkan suku bunga acuannya, BNI optimistis bahwa permintaan kredit valas akan terus meningkat," ungkap Corporate Secretary BNI, Okki Rushartomo Budiprabowo kepada Kontan, Jumat (22/9).

Mekipun Okki juga menyebut, pelemahan rupiah yang terjadi sebelumnya juga tidak mengurangi minat debitur BNI untuk memanfaatkan fasilitas kredit valas, terutama sektor Pertambangan dan Minerba tetap menjadi sektor dominan yang membutuhkan pembiayaan dalam dolar AS. 

Okki tidak merinci berapa besar kredit valas yang telah disalurkan. Tapi ia bilang, porsi kredit valas BNI sekitar 20%-23% dari total kredit yang disalurkan.

Lebih lanjut Okki mengatakan, ke depannya permintaan kredit valas diproyeksikan akan tetap stabil pada sektor industri yang memang memiliki pendapatan atau pengeluaran dalam valas. 

"Suku bunga kredit valas yang relatif lebih rendah dibandingkan dengan suku bunga rupiah menjadi lebih menarik bagi debitur," ungkap Okki.

Baca Juga: Bank Milik Asing Bersaing Bidik Pertumbuhan Bisnis Hingga Akhir Tahun 2024

Senada, Bank Central Asia (BCA) juga optimis penurunan suku bunga The Fed akan berdampak pada peningkatan penyaluran kredit valas ke depannya.

EVP Corporate Communication and Social Responsibility BCA Hera F. Haryn mengatakan, per Agustus 2024, penyaluran kredit dalam valas BCA mencapai ekuivalen Rp 43,5 triliun, atau setara 5% dari total portofolio pembiayaan perseroan.

"Kami optimistis penyaluran kredit valas dapat terus bertumbuh seiring positifnya proyeksi pertumbuhan ekonomi Indonesia," ungkap Hera kepada Kontan, Jumat (22/9).

Lebih lanjut Hera menyebut, BCA senantiasa menjaga keseimbangan antara kecukupan likuiditas dengan ekspansi kredit yang sehat, dengan tetap mempertimbangkan perkembangan kondisi pasar dan risiko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×