Reporter: Aulia Ivanka Rahmana | Editor: Putri Werdiningsih
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT BFI Finance Indonesia Tbk (BFIN) atau BFI Finance mencatatlkan laba bersih senilai Rp 1,56 triliun sepanjang tahun 2024. Nilai tersebut turun 4,81% secara year on year (YoY) dari senilai Rp 1,64 triliun.
Melansir laporan keuangan per 31 Desember 2024 di keterbukaan informasi Bursa Efek Indonesia (BEI) pada Selasa (25/2), pendapatan BFIN tercatat Rp 6,34 triliun, turun tipis sebesar 0,16% dari periode yang sama tahun sebelumnya senilai Rp 6,35 trilliun.
Selain itu, total beban BFIN juga meningkat sebesar 1,85% secara YoY menjadi senilai Rp 4,41 triliun. Ini menyebabkan laba sebelum pajak penghasilan susut sebesar 4,45% secara YoY menjadi senilai Rp 1,93 triliun.
Baca Juga: OJK Setujui Pengangkatan Sutadi Sebagai Presdir BFI Finance Indonesia (BFIN)
Direktur BFI Finance Sutadi menjelaskan, perusahaan senantiasa proaktif menerapkan model operasional baru guna mendukung ekspansi bisnis jangka panjang, melalui sejumlah transformasi kerja.
"Pendekatan ini menunjukkan komitmen BFI Finance untuk selaras dengan tujuan jangka panjang, serta memanfaatkan berbagai dinamika perubahan tren pasar," ujarnya dalam keterangan resmi, Selasa (25/2).
Di sisi lain, hingga Desember 2024, total kelolaan aset perusahaan mencapai Rp 25,1 triliun, meningkat sebesar 4,7% secara YoY. Pertumbuhan ini didukung oleh peningkatan piutang pembiayaan dikelola (managed receivables) yang keseluruhannya naik 9,6% secara YoY menjadi senilai Rp 24,1 triliun.
Baca Juga: BFI Finance (BFIN) Bagikan Dividen Rp 28 per saham, Potensi Yield Hampir 3%
Sementara itu, pembiayaan baru BFI Finance di tahun 2024 mencapai senilai Rp 20 triliun, nilai ini meningkatkan 5,1% secara YoY. Sutadi bilang, porsi piutang pembiayaan yang terbanyak adalah pembiayaan berjaminan kendaraan roda empat dan roda dua sebesar 59,5%, diikuti oleh pembiayaan alat berat dan mesin sebesar 15,5%, dan pembiayaan berjaminan properti sebesar 5,0%.
Diiikuti oleh pembiayaan untuk pembelian kendaraan roda empat bekas dan baru yang berkontribusi sebesar 16,1%, sedangkan pembiayaan berbasis syariah dan lainnya sebesar 3,9%. Pertumbuhan piutang tertinggi berasal dari segmen pembiayaan kendaraan roda empat bekas via showroom sebesar 35,3% YoY.
Sutadi menambahkan, perusahaan menerapkan strategi untuk menjaga tingkat rentabilitas yang aman, antara lain dengan menyalurkan pembiayaan secara lebih selektif dan melakukan diversifikasi produk.
"Sumber pendanaan terbesar berasal dari pendanaan bank dalam negeri sebesar 60% dari total pinjaman perusahaan, disusul oleh penerbitan obligasi sebesar 19%," tuturnya.
Selanjutnya: Imbas Isu Oplos BBM, ESDM dan BPH Migas Bakal Lakukan Pengawasan di Lapangan
Menarik Dibaca: Jadwal Imsakiyah Ramadhan 2025 Kota Jakarta Pusat dan Sekitarnya
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News