Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas | Editor: Edy Can
JAKARTA. Kabar baik bagi pemodal yang ingin terjun ke bisnis pembiayaan infrastruktur. Kementerian Keuangan tengah menyiapkan kebijakan agar pihak swasta bisa terjun ke pembiayaan infrastruktur. Kebijakan ini tertuang dalam master plan pengembangan pasar modal dan lembaga keuangan nonbank 2010-2014. Tujuannya, mendorong penyediaan infrastruktur di daerah.
Sekarang baru ada satu perusahaan pembiayaan infrastruktur milik pemerintah, yakni PT Sarana Multi Infrastruktur (SMI), yang berdiri pada 2009. SMI bekerjasama dengan Asian Development Bank (ADB) membentuk unit anak usaha, PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF).
Pemerintah berharap sektor infrastruktur bisa tumbuh setelah beroperasinya IIF. Hal ini bisa tercapai bila ada pihak swasta yang bergabung mendirikan perusahaan sejenis.
Menteri Keuangan Agus Martowardojo dalam master plan tersebut menyatakan, potensi bisnis pembiayaan infrastruktur sangat besar. Hingga 2014 nanti, kebutuhan pendanaan pembangunan infrastruktur lebih dari Rp 1.400 triliun. Kebutuhan itu tidak mungkin terpenuhi dari anggaran pemerintah, tetapi harus ada sumber pendanaan lain dari pembiayaan infrastruktur swasta.
Sayangnya Kepala Biro Pembiayaan dan Penjaminan Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) M. Ihsanuddin enggan menjelaskan rencana kebijakan itu. "Saya sedang di luar kota," kilah Ihsanuddin, Rabu (9/2).
Presiden Direktur SMI Emma Sri Martini mendukung rencana kebijakan pemerintah tersebut. Sebab, pemain swasta bakal meramaikan bisnis pembiayaan infrastruktur. Apalagi, pasar sektor ini masih sangat luas. "Kami malah sangat senang karena swasta bisa memenuhi kebutuhan pembiayaan infrastruktur," tandas Emma.
SMI sendiri belum banyak membiayai proyek infrastruktur. Ini lantaran IIF yang merupakan penyalur pembiayaan baru berdiri Agustus 2010. Namun, tahun ini mereka bakal gencar menyalurkan pembiayaan infrastruktur dengan target Rp 1 triliun.
Selain itu, SMI juga akan mendirikan satu anak usaha lagi untuk menopang bisnis pembiayaan infrastruktur. Mereka mengaku sudah menyiapkan modal Rp 300 miliar. Sayangnya Emma enggan membeberkan rencana itu. "Mulai semester kedua, anak usaha ini sudah beroperasi," tambahnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News