Reporter: Galvan Yudistira, Yuwono Triatmodjo | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Rencana akuisisi PT Bank Permata Tbk (BNLI) oleh Chairman Grup Mayapada Dato Sri Tahir bukan isapan jempol saja. Tak hanya membeli langsung saham BNLI dari pasar, Tahir pun lewat sebuah entitas perantara, telah menawarkan pembicaraan dengan pemilik 44,56% saham BNLI yakni Standard Chartered (Stanchart).
Kepada KONTAN, Selasa (24/1), Tahrir bilang, entitas perantara itu sudah mengajukan permintaan pembicaraan akuisisi saham BNLI kepada Stanchart beberapa bulan lalu. "Namun hingga kini, pihak Stanchart belum menjawab tawaran itu," tutur Tahir.
Menurut Tahir, harga saham Bank Permata saat ini hanya bernilai 0,6 kali price to book value (PBV). Harga ini sangat murah, mengingat Bank Permata punya potensi besar.
"Jika mengakuisisi bank yang kinerjanya kurang baik, saya bisa mendapat added value lebih besar, seumpama bisa memperbaiki kinerja bank tersebut," ujar pria yang menurut catatan Forbes menjadi orang terkaya ke-8 se-Indonesia dengan jumlah kekayaan US$ 2,8 miliar tersebut.
Sepanjang sejarah akuisisi bank di Indonesia, kata Tahir, harga akuisisi berada di kisaran 2,5 kali hingga 4,7 kali PBV. Akuisisi termahal dengan PBV 4,7 kali terjadi saat HSBC mencaplok saham PT Bank Ekonomi Raharja Tbk tahun 2009 silam.
Cetak laba bersih
Jika toh Stanchart akhirnya bersedia melepas saham Bank Permata, Tahir berkeinginan untuk meleburnya dengan PT Bank Mayapada International Tbk. Namun, langkah ini sama sekali tak terkait dengan aksi Cathay Life Insurance Co Ltd, anak usaha Cathay Financial Holding Co Ltd, yang telah resmi menjadi pemegang saham pengendali Bank Mayapada.
"Saya masih menjadi pengendali Bank Mayapada. Ada sejumlah SPV yang menjadi kendaraan saya," jelas Tahir.
Sayang, manajemen Stanchart hingga tulisan ini naik cetak belum menjawab pertanyaan KONTAN terkait rencana akuisisi tersebut. Namun dalam jawaban e-mail per 16 Januari lalu, Lea Kusumawijaya, Direktur Keuangan Standard Chartered menyatakan belum bisa berkomentar.
"Mohon maaf, kami belum dapat memberikan komentar terkait hal ini," tulis Lea menjawab pertanyaan KONTAN terkait rencana akuisisi Grup Mayapada yang telah menyeruak kala itu.
Berdasarkan keterbukaan informasi ke Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (17/1), langkah Dato Sri Tahir yang telah membeli sejumlah saham Bank Permata lewat pasar sejak November 2016, disebut manajemen Bank Mayapada sebagai domain individu. Manajemen tidak memiliki informasi dari pemegang saham, sehingga belum ada hal konkrit yang dapat disampaikan, ujar Sekretaris Perusahaan Bank Mayapada Rudy Mulyono.
Dalam risetnya, Priscilla Thany dan Tjandra Lienandjaja, analis Mandiri Sekuritas memprediksi kredit bermasalah (NPL) Bank Permata tahun ini akan turun ke level 4% dari tahun 2016 yang diperkirakan sebesar 5%. Tahun ini juga Bank Permata diprediksi membukukan laba Rp 816 miliar, dari tahun lalu yang diperkirakan mencetak rugi bersih Rp 1,69 triliun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News