Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejalan dengan tahun pemulihan ekonomi, PT Bank Jago Tbk berhasil membukukan laba bersih setelah pajak sebesar Rp 19 miliar di kuartal pertama 2022. Pencapaian ini berbanding terbalik dengan kuartal I-2021 yang masih mencatatkan rugi.
Pada kuartal I-2022, bank bersandi saham ARTO ini mampu mengenjot pertumbuhan kredit yang agresif, menekan rasio kredit bermasalah di level rendah, dan struktur biaya dana yang membaik.
Penyaluran kredit dan pembiayaan syariah sebesar Rp 6,14 triliun pada kuartal I-2022, meningkat 376% dari periode yang sama tahun sebelumnya atau year-on-year (yoy) sebesar Rp1,29 triliun.
Adapun Jago Syariah yang baru diluncurkan pada September 2021, telah berkontribusi secara optimal dengan nilai pembiayaan sebesar Rp2,4 triliun hingga Maret 2022.
“Segmen konvensional dan syariah berhasil tumbuh secara cepat dan merata. Hal ini ditopang oleh model bisnis yang tepat dan kolaborasi dengan ekosistem digital. Penyaluran kredit dan pembiayaan syariah secara cepat merupakan cerminan dari keinginan kami untuk berkontribusi dalam pemulihan ekonomi Indonesia,” ujar Direktur Utama Bank Jago Kharim Siregar dalam keterangan resmi, Kamis (28/4).
Baca Juga: Melongok Rekomendasi Saham Emiten yang Dimiliki GoTo, dari ARTO, Blue Bird dan MPPA
Ia menyatakan pencapaian ini tak terlepas dari strategi utama yang telah dicanangkan sebelumnya, pertumbuhan agresif pada kredit dan pembiayaan syariah ditopang oleh kolaborasi dengan sejumlah fintech lending, multifinance, dan institusi keuangan digital lainnya dalam kerja sama pembiayaan (partnershiplending).
Kolaborasi partnership lending melengkapi integrasi Bank Jago dengan super-app Gojek, aplikasi reksadana online Bibit, dan platform trading online Stockbit. Sampai dengan akhir kuartal I-2022, Bank Jago telah berkolaborasi dengan 32 institusi.
Walaupun tumbuh secara cepat dan efisien, Bank Jago tetap menjaga risiko kredit dan pembiayaan syariah yang rendah. Rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) gross berada di level 1,5% dan NPL net berada di level 0,4%. Rasio ini jauh di bawah rata-rata industri perbankan nasional.
Sejalan dengan pertumbuhan kredit dan pembiayaan syariah yang tinggi, pendapatan bunga dan pendapatan syariah meningkat 729% secara yoy menjadi Rp347 miliar pada kuartal I-2022.
Sementara itu beban bunga dan beban syariah tercatat sebesar Rp 31 miliar, naik 267% dari tahun sebelumnya. Dengan demikian pendapatan bunga bersih tercatat Rp 316 miliar atau tumbuh 845% yoy.
Rendahnya beban bunga ditopang perbaikan struktur biaya dana berkat kehadiran aplikasi Jago yang diluncurkan pada April 2021 dan Jago Syariah pada Februari 2022. Jumlah nasabah funding hingga akhir Maret 2022 mencapai 2,3 juta nasabah, tumbuh 71% dibandingkan akhir 2021 yang tercatat 1,4 juta nasabah.
Hal ini mendorong dana pihak ketiga (DPK) tumbuh 340% menjadi Rp4,21 triliun dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Aplikasi Jago mendorong peningkatan pendanaan hingga mendominasi dana pihak ketiga (DPK). Current account savings account (CASA) meningkat 817% yoy menjadi Rp2,29 triliun, sedangkan deposito tumbuh 172% menjadi Rp1,92 triliun. Dengan demikian porsi CASA terhadap total DPK pada akhir Maret 2022 meningkat menjadi 54,4% dan deposito turun menjadi 45,6%.
Peningkatan CASA berdampak langsung terhadap penurunan cost of fund menjadi 3,2% dibandingkan setahun sebelumnya 4,1%. Sementara itu net interest margin (NIM) berada di level 11,1%, lebih tinggi dari periode yang sama tahun lalu sebesar 7,7%.
Baca Juga: Laba Melampaui Target, Ini Rekomendasi Saham Bank Jago (ARTO)
“Dalam tiga bulan pertama 2022, jumlah nasabah aplikasi Jago dan Jago Syariah bertambah hampir 1 juta nasabah. Kami percaya, ke depan pertumbuhan jumlah nasabah akan lebih cepat lagi seiring dengan rencana peluncuran aplikasi Jago untuk merchant dan peningkatan pengguna aplikasi Jago yang memberikan solusi keuangan yang terintegrasi dalam kehidupan sehari-hari,” ujar Kharim.
Adapun Return on asset (ROA) dan return on equity (ROE) meningkat menjadi masing-masing 0,8% dan 1%. Tingkat efisiensi juga meningkat yang tercermin dari cost-to-income ratio (CIR) yang turun signifikan dari 229% pada kuartal I-2021 menjadi 74% pada kuartal I-2022.
“Kami ingin tumbuh dengan seimbang, yakni ekspansi bisnis yang cepat namun tetap menjaga profitabilitas. Kami percaya dengan strategi ini kami bisa lebih tumbuh secara cepat dan berkelanjutan tetapi tetap menerapkan prinsip kehati-hatian,” ujar Kharim.
Untuk mendukung ekspansi bisnis ke depan, Bank Jago memiliki rasio kecukupan modal atau capital adequacy ratio (CAR) yang kuat, yakni sebesar 131% pada akhir Maret 2022. Hingga akhir Maret 2022 Bank Jago mencatatkan total aset sebesar Rp 12,82 triliun, tumbuh 39% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News