Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Herlina Kartika Dewi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Di bulan Ramadan, beberapa pemain peer-to-peer (P2P) lending mengaku akan meningkatkan pinjamannya. Meski demikian, mereka mengaku tetap memitigasi risiko kredit macet yang dapat terlihat dalam risiko gagal bayar (NPL) 0%.
Berdasarkan data OJK, tingkat NPL atau TWP90 pada P2P lending pada Februari 2021 berada di level 1,59%. Hal ini menunjukkan perbaikan setelah pada akhir tahun lalu berada pada level 4,78%.
Adapun pemain yang berusaha menjaga NPL ialah PT Amartha Mikro Fintek yang menargetkan pinjaman mencapai Rp 180 miliar pada bulan puasa tahun ini. Saat ini, NPL dari keseluruhan portofolio Amartha masih cukup besar di level 7,76% akibat adanya pandemi Covid-19.
Pada bulan puasa tahun ini, Amartha berusaha untuk menekan NPL hingga di kisaran 5%. Perusahaan mengatakan akan menjaga kualitas mitra baru dengan kebijakan yang lebih adaptif berdasar kondisi setiap akhir bulan.
“Di bulan Ramadan ini, Amartha berfokus untuk perketat disbursementnya karena secara umum di semua lembaga keuangan performa Ramadan hingga lebaran pada umumnya menurun,” jelas COO Amartha, Budhi Siswoadji kepada Kontan.co.id.
Baca Juga: Bank hingga fintech makin gencar berkolaborasi di pasar digital
Selain itu, Budhi menyampaikan pihaknya akan lebih berfokus pada pemberian pinjaman untuk keperluan modal usaha. Ia juga bilang Amartha akan memprioritaskan mitra lanjutan yang telah memiliki historis yang baik.
“Kami tidak melakukan pencairan pembiayaan di H-7 lebaran untuk menghindari penyimpangan penggunaan dana,” tambah Budhi.
Ada pula PT Modal Rakyat Indonesia yang telah menyiapkan beberapa strategi untuk menjaga NPL ketika memiliki target penyaluran pinjaman Rp 125 miliar pada bulan puasa tahun ini. Hingga 14 April 2021, NPL Modal Rakyat berada di level 0,57%.
“Kami yakin dan akan mengupayakan agar NPL Modal Rakyat tetap bisa terjaga dibawah 0,5% karena kami sedang memperkuat teknologi credit scoring, dan selalu melakukan analisa resiko kredit dengan prinsip kehati-hatian,” ujar CEO Modal Rakyat Hendoko Kwik.
Hendoko bilang pihaknya akan lebih selektif dalam melakukan validasi calon peminjam. Hal ini dilakukan untuk meminimalisir faktor-faktor yang dapat meningkatkan NPL.
“Kami menganalisis data-data peminjam, mulai dari cashflow, pinjaman yang masih aktif, penjualan, hingga payor maupun kualitas dari invoice yang dimiliki oleh para peminjam,” pungkas Hendoko.
Selanjutnya: Perlombaan dimulai, bank hingga fintech saling berkolaborasi merebut pasar digital
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News