kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Tumbuh pesat, bank BUMN mana jawara pemain uang elektronik?


Jumat, 19 Oktober 2018 / 16:14 WIB
Tumbuh pesat, bank BUMN mana jawara pemain uang elektronik?
ILUSTRASI. E-Money Asian Para Games 2018


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bisnis uang elektornik di bank pelat merah terus melaju pesat, terutama untuk uang elektronik berbasis kartu. 

PT Bank Mandiri Tbk misalnya yang sampai dengan September 2018 lalu menyebut telah menerbitkan kartu prabayar berlogo e-Money mencapai 16 juta kartu.

Senior Vice President Transaction Banking and Retail Sales Bank Mandiri Thomas Wahyudi menuturkan, dari sisi frekuensinya uang elektronik Bank Mandiri pun kian tumbuh pesat.

Paling tidak, selama periode Januari hingga September 2018 bank berlogo pita emas ini mencatatkan transaksi hampir 900 juta transaksi dengan nilai lebih dari Rp 10 triliun. Bila dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya, Thomas mengatakan jumlah tersebut meningkat lebih dari 150%. 

Pencapaian tersebut praktis sudah melewati target yang dipasang oleh perseroan di tahun ini yakni mencapai Rp 9 triliun dengan transaksi sebanyak 800 juta.

Adapun, penyumbang terbesar penggunaan e-Money masih berasal dari transportasi terutama pembayaran tol. "Januari-September 2019 sudah ada sebanyak hampir 900 juta transaksi dengan nilai lebih dari Rp 10 triliun, naik lebih dari 150% di periode yang sama tahun sebelumnya," tulis Thomas kepada Kontan.co.id, Jumat (19/10).

Bila merujuk pada presentasi perusahaan di kuartal III-2018 setidaknya jumlah kartu prabayar terbitan Bank Mandiri tercatat sudah mencapai 15,9 juta kartu. Secara tahunan atau year on year (yoy) jumlah tersebut mengalami peningkatan mencapai 45,8%.

Pertumbuhan tersebut menurut perseroan sejalan dengan rencana perusahaan untuk mendorong transaksi non tunai alias cashless society yang digadang Pemerintah. Sebelumnya, merujuk pada data bulan Agustus 2018 lalu perseroan menyebut e-money Mandiri menguasai 80% industri kartu prabayar secara nasional.

Dalam upayanya memudahkan nasabah, Bank Mandiri juga penguatan jaringan. Tercatat pada periode September 2018 perseroan sudah memiliki 17.391 mesin anjungan tunai mandiri (ATM) yang tersebar, serta 235.671 mesin electronic data capture (EDC).

Untuk meningkatkan transaksi dan penggunaan, Bank Mandiri akan terus berinovasi dalam memperkuat layanan elektornik. Antara lain, mulai dari perluasan kerjasama merchant, sarana isi ulang atau top-up, peningkatan produksi kartu, mempermudah akses pembelian kartu, edukasi dan menyasar sektor bisnis yang dekat dengan masyarakat seperti pasar, sekolah, tempat wisata dan lainnya.

Selain itu, Mandiri juga sudah melakukan pengembangan pengisian saldo e-Money lewat teknologi near field communication (NFC) yang memudahkan nasabahnya mengisi ulang kartu e-money via smartphone.

Namun, e-Money bukan menjadi satu-satunya alat pembayaran non tunai yang dimiliki Mandiri. Bank bersandi emiten BMRI ini pun memiliki uang elektronik berbasis server berlabel e-Cash.

Walau tak sepesat pertumbuhan e-Money, Mandiri e-Cash turut mencatatkan pertumbuhan dari segi nasabah. Sampai dengan kuartal III 2018 lalu, total nasabah e-cash sudah mencapai 5 juta atau mengalami peningkatan sebanyak 8,6% dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Dari jumlah tersebut, Thomas mengatakan total transaksinya sejak awal tahun hingga September 2018 sudah mencapai 2,9 juta transaksi.

Teknologi QR

Tak mau kalah dengan Bank Mandiri, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga terus mencatatkan pertumbuhan transaksi uang elektronik berbasis kartu yakni TapCash.

Kepala Divisi Elektronik Perbankan BNI Anang Fauzi menuturkan, sampai dengan September 2018 lalu perseroan sudah menerbitkan lebih dari 4,23 juta kartu TapCash. Bila dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu, posisi tersebut mengalami peningkatan sebanyak 135,9% dari 1,79 juta kartu.

Sementara sampai dengan saat ini atau pertengahan Oktober, jumlah tersebut sudah naik menjadi tembus sebanyak 4,5 juta kartu. Dari sisi transaksi, per September 2018 lalu, jumlah transaksi TapCash tercatat sebanyak 38,6 juta transaksi atau tumbuh pesat 222,8% dari pencapaian di periode tahun 2017 sebesar 12 juta transaksi.

Selain itu, dari volume transaksi TapCash tercatat sudah sebanyak Rp 594,4 miliar transaksi atau tubuh 277% secara yoy. Tak jauh berbeda, transaksi TapCash BNI mayoritas berasal dari pembayaran tol. "TapCash tumbuh cukup pesat, dengan 4,5 juta kartu yang beredar saat ini," ujar Anang. Sama seperti Bank Mandiri, BNI juga memiliki uang elektronik berbasis server, bernama UnikQu.

Dari sisi jumlah pengguna sampai dengan September 2018 sudah mencapai 97.200 pengguna atau naik 68,2% dari periode tahun lalu sebesar 57.800 pengguna. Dengan total transaksi sebesar 184.300 atau naik drastis dari 33.200 di akhir September 2018 lalu, tumbuh 455,8% secara yoy. Bank berlogo 46 ini mencatatkan, volume transaksi UnikQu sampai dengan kuartal III 2018 setidaknya tercata sudah sebanyak Rp 5,5 miliar atau naik 344,7% yoy.

BNI juga terus mendorong pengembangan uang elektronik atau pembayaran tanpa kartu. Hal ini diwujudkan lewat aplikasi pembayaran berbasis quick response (QR) milik BNI bernama Yap!. 
Anang menyebut, walau terbilang masih baru pertumbuhan Yap! cukup signifikan. Sampai dengan September 2018 lalu, aplikasi Yap! sudah diunggah sebanyak 400 ribu lebih dengan jumlah merchant sebanyak 300 ribu dengan nilai volume menembus Rp 500 iliar.

Melihat pencapaian tersebut, Anang mengatakan di kuartal III 2018 seluruh target yang dipatok untuk TapCash, UnikQu maupun Yap! sudah menembus target tahun ini.

"Itu sudah naik semua. Strategi pengembangan bagi yap saat ini kami sedang memperbaiki UIUX (user experience and user interface) dan SLA (service level agreement) bagi pengguna maupun merchant," ungkapnya. 

Bank pelat merah terakhir, yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) juga menyebut transaksi uang elektronik perseroan terus mencatatkan pertumbuhan.

Direktur Konsumer BRI Handayani secara singkat mengatakan sampai September 2018 jumlah kartu uang elektronik BRI atau Brizzi sudah mencapai 11 juta kartu. Adapun, volume transaksi Brizzi saat ini mencapai Rp 3,5 triliun. Sayangnya, pihaknya belum dapat merinci besaran pertumbuhan uang elektronik BRI saat ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×