kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

UOB Indonesia yakin NPL akhir 2015 dibawah 3%


Selasa, 24 Februari 2015 / 14:39 WIB
UOB Indonesia yakin NPL akhir 2015 dibawah 3%
ILUSTRASI. Pekerja memotret layar yang menampilkan pergerakan saham di Bursa Efek Indonesia, Jakarta. ANTARA FOTO/Hafidz Mubarak A/tom.


Reporter: Issa Almawadi | Editor: Hendra Gunawan

JAKARTA. Kondisi perekonomian yang tidak menentu membuat beberapa bank mengalami peningkatan level non performing loan (NPL). Kondisi tersebut juga dialami Bank UOB Indonesia. Per September 2014, NPL gross dan net UOB Indonesia naik masing-masing dari 2,23% jadi 3,51% dan 1,49% jadi 2,35%.

Menurut Armand B. Arief, Presiden Direktur UOB Indonesia, peningkatan NPL yang juga dialami secara industri tersebut tidak luput dari segi proses dalam jaminan dan struktur kredit. "Tapi kami yakin, tahun ini penyelesaian NPL bisa dilakukan dengan baik," terang Armand, Selasa (24/2).

Bahkan Armand memprediksi, NPL gross UOB Indonesia bisa berada dibawah 3% hingga akhir tahun ini meskipun kondisi ekonomi dinilai belum lebih baik dibandingkan tahun 2014 lalu. Armand menjelaskan, dengan penurunan NPL gross, maka NPL net pun akan ikut turun.

Untuk itu, Armand bilang, pihaknya juga tetap berhati-hati dalam menyalurkan kredit. "Tahun ini, kami tetap arahkan pertumbuhan kredit sesuai arahan regulator. Salah satu fokus kredit kami tahun ini adalah ritel," jelas Armand.

Hingga September 2014, kredit UOB Indonesia mencapai Rp 55,54 triliun. Angka itu tumbuh hanya 6,35% dibandingkan akhir Desember 2013 yang mencapai Rp 52,22 triliun.

Safrullah Hadi Saleh, Direktur Finance & Corporate Services UOB Indonesia mengatakan, pertumbuhan kredit UOB Indonesia bakal berada sedikit dibawah arahan regulator. Pun begitu dengan pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK). Meski begitu, Safrullah berharap, pertumbuhan DPK tetap harus lebih tinggi dari pertumbuhan kredit.

"Misalnya kredit tumbuh 9%, maka DPK harus tumbuh 10%. Intinya, kami harus menjaga level loan to deposit ratio (LDR) kami," ucap Safrullah. Saat ini, sekitar 75% portofolio kredit UOB Indonesia mengalir ke sektor ritel dan sisanya merupakan wholesale banking.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×