Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Tendi Mahadi
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Sejumlah aksi penambahan modal bank mulai terimbas ketidakpastian yang ditimbulkan pandemi COVID-19. Meskipun masih ada beberapa bank yang optimistis masih dapat menggelar aksi korporasi guna mempertebal modal.
PT Bank BRI Agroniaga Tbk (AGRO) misalnya telah mengumumkan bakal kembali menunda aksi penawaran umum terbatas (PUT) IX dengan hak memesan efek terlebih dahulu alias rights issue.
Baca Juga: Dipimpin BBRI, ini saham-saham yang banyak dilepas asing ketika IHSG naik
Aksi tersebut sejatinya telah disiapkan sejak pertengahan tahun lalu, namun ditunda dan direncanakan bisa digelar awal tahun ini. Sekarang akibat COVID-19, aksi ini kembali ditunda hingga semester I-2020.
“Rencana rights issue kami tinjau ulang. Sementara saat ini kondisi permodalan kami masih baik, masih solid,” kata Direktur Utama BRI Agro Ebeneser Girsang kepada Kontan.co.id, Senin (6/4).
Aksi menerbitkan 3 miliar saham atau setara 12,32% komposisi saham anyar dengan target penghimpunan dana Rp 700 miliar ini mulanya diniatkan agar perseroan bisa naik kelas menjadi bank umum kegiatan usaha (BUKU) 3.
Maklum per akhir tahun lalu modal inti perseroan tercatat senilai Rp 4,43 triliun, kurang Rp 570 miliar untuk menjadi BUKU 3. Sementara, meskipun capital adequacy ratio (CAR) tercatat tergerus dibandingkan 2018 sebesar 28,34%, tahun lalu CAR perseroan tercatat masih tebal sebesar 24,28%.
Baca Juga: OJK dan perbankan pastikan debitur KPR berhak dapat restrukturisasi
Adapun saat ini Hirawan menambahkan pihaknya juga telah menurunkan target pertumbuhan kredit perseroan menjadi 9%-10%. Sebelumnya entitas anak PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) ini menargetkan bisa meraih pertumbuhan kredit mencapai 20% tahun ini.
“Untuk pertumbuhan kredit memang ada penyesuaian untuk kami turunkan. Saat ini kami juga tengah membantu sejumlah debitur yang telah mengajukan restrukturisasi kredit terimbas COVID-19,” lanjutnya. Hingga Februari 2020, perseroan tercatat telah menyalurkan kredit Rp 18,79 triliun dengan pertumbuhan 24,28% (yoy).