kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45901,95   3,20   0.36%
  • EMAS1.318.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Walau menurun, NIM bank di Indonesia masih tertinggi se-Asia


Selasa, 28 Juli 2020 / 20:40 WIB
Walau menurun, NIM bank di Indonesia masih tertinggi se-Asia


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Yudho Winarto

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Dalam situasi pandemi Covid-19, kemampuan perbankan untuk mencetak laba dimungkinkan akan tergerus. Bukan tanpa sebab, permintaan kredit yang melambat dibarengi dengan risiko yang tinggi membuat mesin pencetak laba perbankan tak berfungsi maksimal.

Di sisi lain, beban bunga terus bergulir. Alhasil, tidak mengagetkan kalau margin bunga bersih alias net interest margin (NIM) perbankan bakalan menciut.

Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) per April 2020 rata-rata NIM perbankan ada di level 4,57%. Posisi tersebut memang lebih rendah dari bulan yang sama tahun sebelumnya sebesar 4,87%. Akan tetapi, ada kenaikan sedikit dari bulan Maret 2020 yang sempat menyentuh ke level terendah yaitu 4,31%.

Baca Juga: Indikator Kesehatan Bank Saat Pandemi

Pun, kalau dibandingkan negara tetangga posisi itu masih jauh lebih tinggi. Misalnya, di Thailand NIM bank paling tinggi ada di kisaran 3,5% menurut data Bloomberg per Kuartal I 2020.

Lalu, di negara serumpun yaitu Malaysia rata-rata NIM industri perbankan hanya bertengger di elvel 2,08% saja di kuartal pertama tahun ini. Posisi tersebut turun dari periode kuartal II 2019 sebesar 2,12%.

Masih di data Bloomberg, pada kuartal I 2020 setidaknya tiga bank terbesar di Tanah Air masih menduduki puncak NIM tertinggi di kawasan Asia Pasifik. Ketiga bank tersebut yakni PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Central Asia Tbk (BCA) dan PT Bank Mandiri Tbk.

Meski begitu, Kepala Riset Samuel Sekuritas Suria Dharma mengatakan, dalam kondisi ekonomi yang melemah, hampir bisa dipastikan tren NIM akan menurun. Begitu pula dengan kemampuan bank mencetak laba.

Baca Juga: Laba Bank Central Asia (BBCA) diproyeksi turun 25% di kuartal II, Mirae sarankan beli

"Sudah wajar, tahun 2020 rata-rata laba bank pasti akan minus. Itu karena banyak restrukturisasi, ada pencadangan juga dan cost of fund (biaya dana)," ujarnya Senin (27/7) malam.

Namun, Dia menambahkan apabila bank bisa menjaga efisiensi seperti menekan biaya dana (cost of fun/CoF) maka ada penurunan laba bisa lebih diredam. "Pendapatan bunga pasti turun, atau minimal ketunda. Tidak bisa dihindari pasti turun laba," imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Practical Business Acumen

[X]
×