kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45927,64   6,18   0.67%
  • EMAS1.325.000 -1,34%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Bank Permata rugi, ini kata Tahir


Jumat, 17 Februari 2017 / 00:49 WIB
Bank Permata rugi, ini kata Tahir


Reporter: Yuwono Triatmodjo | Editor: Yuwono triatmojo

JAKARTA. Kinerja konsolidasian PT Bank Permata Tbk (BNLI) tahun 2016 kian terpuruk, dengan membukukan rugi bersih Rp 6,48 triliun. Tahun 2015, Bank Permata masih membukukan laba Rp 247,1 miliar.

Sebagai pemegang 44,56% saham, Standard Chartered (Stanchart) berkomitmen terus bekerjasama dengan manajemen baru, dan PT Astra International Tbk untuk  menjalankan langkah-langkah demi meningkatkan kinerja. Dukungan Stanchart juga mengalir bagi rencana rights issue Bank Permata senilai Rp 3 triliun untuk memperkuat cadangan modal.

"Kami tetap mempertahankan komitmen kami di Indonesia, tempat kami telah beroperasi selama 150 tahun,” terang Sebastian Arcuri, Regional Head, Retail Banking, ASEAN and South Asia Standard Chartered dalam keterangan pers yang diterima KONTAN, Kamis (16/2).

Lantas apa komentar Chairman Grup Mayapada Dato Sri Tahir yang belakangan menyatakan berminat mencaplok saham BNLI? Dia menyatakan, bank ini harus fokus membenahi kredit macetnya atau non performing loan (NPL) untuk memperbaiki kinerja. Caranya, bisa lewat restrukturisasi dan hair cut.

Namun untuk meng-hair cut juga bukan perkara mudah. Bank Permata harus berbicara dengan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pemilik modal. Namun untuk Bank Permata, lanjut Tahir, prosesnya bisa butuh waktu lama, lantaran butuh persetujuan induk pusat, baik Stanchart di London ataupun Jardine Cycle & Carriage sebagai pemilik Astra Internasional yang juga merupakan pemegang saham Bank Permata.

Jika tidak ditangani dengan cepat, prediksi Tahir, NPL Bank Permata akan semakin membengkak lantaran tidak ada fresh money. "Saya telah memberikan tawaran akuisisi untuk membantu, namun belum berbalas," ujar taipan pemilik kekayaan senilai US$ 2,8 miliar tersebut, kepada KONTAN, kemarin.

Mengenai berapa harga saham BNLI yang diminati untuk merealisasikan rencana akuisisi, Tahir enggan buka suara. "Kalau itu jawabannya off the record saja," ujar pria berusia 64 tahun ini.

Ketika ditanya dari mana sumber dana akuisisi saham Bank Permata kelak? dia menyatakan no comment. Tahir menegaskan, dirinya yakin bisa berhasil membeli Bank Permata dan menggabungkannya dengan PT Bank Mayapada International Tbk, maka akan menghasilkan satu bank swasta terbesar kedua di Indonesia setelah PT Bank Central Asia Tbk (BCA).

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Trik & Tips yang Aman Menggunakan Pihak Ketiga (Agency, Debt Collector & Advokat) dalam Penagihan Kredit / Piutang Macet Managing Customer Expectations and Dealing with Complaints

[X]
×