kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45915,95   -19,57   -2.09%
  • EMAS1.345.000 0,75%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

BI rate diprediksi naik, margin bank bakal tergerus


Rabu, 20 Juni 2018 / 16:12 WIB
BI rate diprediksi naik, margin bank bakal tergerus
ILUSTRASI. Papan Ppetunjuk Suku Bunga Tabungan dan Deposito


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Sanny Cicilia

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Bank sentral Amerika Serikat Federal Reserve pekan lalu memutuskan untuk menaikkan bunganya sebesar 25 basis poin ke kisaran 1,75% - 2%. Ini adalah kenaikan kedua bunga The Fed (Fed Fund Rate/ FFR) di tahun 2018. 

Sejumlah bankir memperkirakan, sikap The Fed akan berdampak pada naiknya lagi suku bunga acuan Bank Indonesia (BI). 

Sebagai perbandingan, Sejak awal 2017 sampai Juni ini, The Fed sudah menaikkan bunga lima kali. Sedangkan Bank Indonesia (BI) pada periode yang sama baru menaikkan bunga acuan 7-day reverse repo rate sebanyak dua kali, yaitu Mei lalu. 

Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk Kartika Wirjoatmodjo menilai, bila suku bunga acuan BI meningkat, transmisi peningkatan suku bunga pinjaman akan semakin cepat.

Tiko, sapaan akrab Kartika menyebut, dalam langkah menyesuaikan kebijakan BI serta mengantisipasi dampak kenaikan bunga acuan AS, pihaknya sudah menaikkan bunga deposito dan special rate.

Hanya saja, dalam jangka pendek pihaknya belum akan menaikkan bunga kredit, lantaran masih memonitor kebijakan BI dan kondisi ekonomi baik dalam negeri maupun global.

Keputusan Bank Mandiri untuk masih menahan suku bunga kredit, dinilai akan berdampak pada menurunnya margin (selisih bunga) yang diterima perseroan.

"Kalau (bunga deposito) rupiah 5,75% dan dollar AS dari 2% menjadi 2,5%. Dalam jangka pendek, bunga kredit belum perlu naik tapi special rate deposito. Kita mengorbankan margin dulu, margin turun tidak apa-apa," ujarnya di Jakarta, pekan lalu.

Sebelumnya, Bank Mandiri mengatakan pada akhir tahun pihaknya memproyeksi net interest margin (NIM) akan bergerak menurun meski tipis menjadi 5,7%. Adapun, sampai saat ini NIM bank bersandi emiten BMRI ini masih bertengger di level 5,8%.

Secara terpisah, Direktur Tresuri Bank Mandiri Darmawan Junaidi menjelaskan, naiknya tingkat suku bunga acuan The Fed akan paling berdampak pada tingkat suku bunga dalam mata uang dollar AS.

Kendati demikian, pihaknya optimis BI akan mempertimbangkan besaran kenaikan FFR tersebut dengan menaikkan bunga acuan.

"Langkah kebijakan yang akan ditentukan BI setelah mengkaji secara makroprudensial baik nilai tukar rupiah terhadap dollar AS maupun tingkat suku bunga acuan. Bukan cuma karena ada kenaikan FFR saja," tuturnya kepada Kontan.co.id, Rabu (20/6).

Senada, Direktur Keuangan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) juga memproyeksi BI akan menaikkan suku bunga acuannya kembali pada rapat dewan gubernur (RDG) yang dijadwalkan akhir Juni 2018 mendatang.

Menurutnya, kenaikan bunga acuan tersebut akan berefek terhadap meningkatnya biaya dana alias cost of fund perbankan. Lantaran, suku bunga pinjaman akan dijaga tetap sementara suku bunga simpanan akan meningkat mengikuti kenaikan bunga acuan.

"Kami tidak secara langsung akan mentransmisikan (kenaikan bunga acuan) pada kenaikan bunga kredit, pada saat ini tren permintaan kredit relatif melambat. Tentu bisa berdampak ke yang lain yaitu meningkatkan NPL (kredit macet)," ujar Anggoro.

Bank berlogo 46 ini menuturkan, kendati margin akan tergerus pihaknya sudah memiliki siasat antara lain dengan melakukan efisiensi biaya, serta fokus pada peningkatan dana murah. Sambil menjaga rasio kredit bermasalah kredit tetap rendah.

Perseroan sebelumnya menjelaskan, pada akhir tahun 2018 NIM masih akan bertengger tidak jauh dari level 5,3% dan 5,4%. Praktis, jumlah tersebut hanya turun tipis dari posisi NIM tahun 2017 sebsear 5,5%.

Sama halnya dengan kedua bank tersebut, PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) juga mengatakan BI akan kembali menaikkan bunga acuan sebesar 25 basis poin (bps) secara bertahap tahun ini.

Hal ini menurutnya dilakukan sesuai dengan fokus bank sentral dalam menjaga stabilitas nilai tukar Rupiah. Iman menjelaskan, kenaikan suku bunga acuan akan lebih cepat direspon oleh bank lewat peningkatan bunga deposito ketimbang bunga kredit.

Alhasil, margin akan tertekan lantaran bank masih belum berencana untuk menaikkan bunga kredit dalam waktu dekat.

"Kelihatannya akan lebih cepat seperti itu (transmisi kenaikan suku bunga)," ujarnya. Sebelumnya, BTN mengatakan pihaknya menarget NIM berada di level 4,5% sampai 4,9%. Sampai saat ini tercatat NIM perseroan masih berada di 4,21%.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×