kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.180   20,00   0,12%
  • IDX 7.096   112,58   1,61%
  • KOMPAS100 1.062   21,87   2,10%
  • LQ45 836   18,74   2,29%
  • ISSI 214   2,12   1,00%
  • IDX30 427   10,60   2,55%
  • IDXHIDIV20 514   11,54   2,30%
  • IDX80 121   2,56   2,16%
  • IDXV30 125   1,25   1,01%
  • IDXQ30 142   3,33   2,39%

Lampu kuning pada kredit sektor tambang masih nyala


Selasa, 22 Mei 2018 / 06:29 WIB
Lampu kuning pada kredit sektor tambang masih nyala
ILUSTRASI.


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dupla Kartini

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Perbankan masih memberikan lampu kuning untuk sektor pertambangan. Pasalnya, sektor ini masih memiliki risiko, meskipun ada perbaikan dari sisi harga sejumlah komoditas tambang seperti batubara dan nikel.

Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), secara industri perbankan, rasio kredit bermasalah atau non performing loan (NPL) pada sektor pertambangan dan penggalian masih bertengger di angka 6,27% per Maret 2018. Ini lebih rendah dari 7,04% di Maret 2017.

Jahja Setiaatmadja, Direktur Utama PT Bank Central Asia Tbk menilai, meski sektor pertambangan sedang stabil, hal ini belum cukup memberi keyakinan pada perbankan untuk mengalirkan kredit ke sektor tersebut.

Saat ini, sektor tambang seperti batubara secara bisnis memang bagus karena harga naik di atas US$ 100 per ton. Kendati demikian, perbankan harus bisa memprediksi harga komoditas ini dalam jangka panjang.

Menurut Jahja, sektor pertambangan terbilang cukup berisiko karena harga yang fluktuatif, sehingga tak ada jaminan yang kuat bagi perusahaan tambang untuk tetap stabil. Saat ini, BCA belum terlalu banyak masuk ke sektor pertambangan khususnya batubara.

Di BCA, kredit tambang tidak termasuk 10 terbaik sektor kredit. Bahkan, porsi kreditnya di bawah 4%. "Kami belum banyak masuk tapi tidak dihindari," kata Jahja.

Bambang Tri Baroto, Sekretaris Perusahaan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) menilai, NPL pertambangan baik secara industri maupun di BRI terlihat membaik. Seiring perbaikan harga komoditas pertambangan maka ekspansi di sektor ini akan terus meningkat.

BRI mencatat eksposur kredit ke sektor pertambangan masih terbilang rendah. BRI melaporkan untuk korporasi BUMN yang disalurkan ke pertambangan hanya 3,32% dari total kredit untuk BUMN senilai Rp 91 triliun per Maret 2018. Artinya, jumlah tersebut hanya setara Rp 3,02 triliun.

Sementara itu, untuk korporasi non BUMN, total eksposur kredit BRI ke pertambangan baru sebesar 2,6% dari total kredit korporasi Rp 82 triliun, atau setara Rp 2,13 triliun.

Selain ke segmen korporasi, BRI juga masih menyalurkan kredit pertambangan untuk segmen menengah dan kecil. Hingga kuartal I-2018, total kredit menengah dan kecil ke sektor tambang senilai Rp 4,68 triliun atau 3% dari total kredit segmen ini yang mencapai Rp 156,2 triliun

Ferdian Satyagraha, Direktur Keuangan PT Bank Jatim Tbk menyebut, lantaran masih berisiko, Bank Jatim belum akan ikut serta membiayai sektor pertambangan dalam waktu dekat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×