kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Operator switching cari anggota baru


Selasa, 07 Maret 2017 / 12:30 WIB
Operator switching cari anggota baru


Reporter: Nina Dwiantika | Editor: Dupla Kartini

JAKARTA. Menghadapi integrasi jaringan anjungan tunai mandiri (ATM) bank pelat merah, perusahaan switching berambisi terus menambah anggota bank. PT Artajasa Pembayaran Elektronik (ATM Bersama) dan PT Rintis Sejahtera (ATM Prima) berebut kue bisnis di luar pasar bank umum.

Anthoni Morris, Direktur Bisnis PT Artajasa Pembayaran Elektronis mengatakan, pihaknya membidik bank perkreditan rakyat (BPR) dan perusahaan telekomunikasi untuk menjadi anggota jaringan ATM Bersama. Potensi di segmen BPR besar karena selama ini BPR mengandalkan skema co-branding dengan bank besar.

Sementara, segmen pasar perusahaan telekomunikasi merupakan lahan baru bagi ATM Bersama. Perusahaan meraup untung lewat transaksi isi ulang di mesin ATM Bersama dari bisnis uang elektronik milik perusahaan telekomunikasi.

Saat ini, ATM Bersama sudah bekerja sama dengan PT Indosat dan PT Telkomsel dan 87 bank. "Kami sedang menjajaki kerjasama dengan dua perusahaan telekomunikasi lain," kata Anthoni kepada KONTAN, pekan lalu.

Setali tiga uang, Hermawan Tjandra EVP Marketing PT Rintis Sejahtera menuturkan, pihaknya menargetkan kerjasama sedikitnya dengan lima bank di tahun ini. Yang paling dekat, ATM Prima akan menjalin kerjasama pembayaran dengan Shinhan Bank Indonesia. Selanjutnya, perusahaan ini akan menggandeng Bank ICBC Indonesia dan Bank Pembangunan Daerah (BPD) Kalimantan Tengah. ATM Prima telah bekerja sama dengan 64 bank.

Eric Gunawan, Direktur Utama PT Daya Network Lestari (ATM Alto) mengatakan, perusahaannya berencana untuk menambah kerjasama dengan bank. "Kami jajaki untuk menambah keanggotaan," ujar Eric.

Menambah jumlah anggota bank menjadi strategi perusahaan switching untuk menggenjot transaksi. Gambaran saja, catatan Bank Indonesia (BI) volume transaksi ATM/debit mencapai 441,63 juta kali di Januari 2017. Sementara nilai transaksi mencapai Rp 482,97 triliun dan pemegang kartu ATM/debit sebanyak 130 juta pada periode sama.

Tarif baru ATM

Perusahaan switching berpotensi mengalami penurunan margin pasca pemberlakuan interkoneksi antar jaringan switching. Sebab, dalam skema pembentukan gerbang pembayaran nasional atau National Payment Gateway (NPG), Bank Indonesia (BI) akan mengatur mengenai harga interkoneksi switching, konektivitas antar bank, serta biaya transaksi.

Onny Widjanarko, Direktur Pusat Transformasi BI mengatakan, BI sedang mengkaji penentuan harga untuk interoperabilitas ATM sambil menanti usulan dari kelompok kerja yang terdiri dari enam bank dan tiga switching. "BI akan memutuskan harga interoperabilitas ATM pada Juli 2017," kata Onny.

Misalnya, saat ini setiap transaksi pada mesin gesek (EDC) dengan mesin yang berbeda akan terkena biaya 1,6%-2,2% per transaksi. Ke depan, biaya transaksi akan lebih murah untuk nasabah.

Rencananya, pada 31 Maret 2017 bakal terwujud proses integrasi jaringan ATM maupun kartu debit antara Bank Rakyat Indonesia (BRI), Bank Mandiri, Bank Negara Indonesia (BNI), Bank Central Asia (BCA), Bank Mega dan Bank DKI Jakarta. Serta tiga switching yakni Artajasa, Rintis, dan Alto.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
EVolution Seminar Supply Chain Management on Sales and Operations Planning (S&OP)

[X]
×