Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Kondisi permodalan perbankan di awal tahun ini masih cukup tebal. Berdasarkan catatan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), rata-rata rasio kecukupan modal alias capital adequacy ratio (CAR) bank umum per Februari 2018 masih sebesar 23,51%.
Rasio modal itu lebih tinggi dari posisi Februari 2017 yang tercatat 23,18%. Dari akhir 2017, CAR tersebut naik tipis dari level 23,18%.
Beberapa bankir optimistis rasio permodalan akan membaik dibandingkan tahun lalu. Salah satunya didorong oleh pemenuhan aturan OJK terkait penerbitan surat utang dalam rangka rencana penyelamatan atau recovery plan yang tertuang dalam POJK No.14/POJK.03/2017.
PT Bank OCBC NISP Tbk misalnya telah memutuskan mengeluarkan instrumen utang yang memiliki karakteristik modal sebanyak-banyaknya Rp 1 triliun di tahun ini. Meski belum dapat merinci instrumen apa yang akan dipakai, Direktur OCBC NISP Hartati menjelaskan, dengan penerbitan surat utang tersebut kondisi permodalan OCBC NISP akan menebal.
Saat ini, posisi CAR OCBC NISP sebesar 17%. "Dengan surat utang tersebut, setidaknya OCBC NISP dapat menjaga posisi CAR sebesar 17% hingga akhir 2018," ujar Hartati, Rabu (4/4).
PT Bank Mandiri Tbk pun percaya diri rasio modal cukup tebal. Wajar saja, tahun lalu Bank Mandiri membukukan pertumbuhan laba paling tinggi di kelas BUKU IV, yakni 49,5% secara year on year (yoy) menjadi Rp 20,6 triliun.
Direktur Tresuri Bank Mandiri Darmawan Junaidi mengatakan, sampai dengan awal tahun 2018, posisi CAR Bank Mandiri cukup stabil sebesar 22%. Angka tersebut meningkat dibanding posisi Desember 2017 sebesar 21,7%. Tahun ini Mandiri akan menjaga CAR di level 22%.
Bank Mandiri juga akan membentuk recovery plan sedikitnya Rp 1 triliun di tahun ini. Berdasarkan hitung-hitungan, penerbitan surat utang ini nantinya akan menambah CAR Bank Mandiri sebesar 0,3%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News