kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45898,78   -24,72   -2.68%
  • EMAS1.319.000 0,00%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Mastercard: Kesenjangan digital jadi tantangan pasar digital di Asia Pasifik


Jumat, 08 Maret 2019 / 20:21 WIB
Mastercard: Kesenjangan digital jadi tantangan pasar digital di Asia Pasifik


Reporter: Nur Qolbi | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Laporan Mastercard berjudul "The digitalization of commerce in Asia" menunjukkan, baru sebagian kecil populasi Asia Pasifik yang dapat menikmati manfaat ekonomi digital. Padahal, digitalisasi yang cepat telah memicu pertumbuhan lapangan kerja dan ekonomi di kawasan ini dalam beberapa tahun terakhir.

Menurut Mastercard, masih ada jutaan orang di Asia Pasifik yang belum bertransaksi melalui internet. Alasannya, orang-orang ini masih kekurangan akses, ketidakmampuan dalam melakukan pembayaran elektronik, serta pendidikan dan pelatihan yang tidak memadai.

Meskipun pengguna ponsel pintar telah tersebar luas di seluruh wilayah Asia, lebih dari 70% masyarakat yang tinggal di negara berkembang seperti Myanmar, Kamboja, Indonesia, dan Laos tidak dapat sepenuhnya berpartisipasi dalam ekonomi digital. Segmen populasi yang menua dan hidup di bawah garis kemiskinan menjadi pihak yang kurang memiliki keterampilan dan literasi digital ini.

Executive Vice President Digital and Emerging Partnership and New Payment Flows Asia Pasifik Mastercard, Rama Sridhar mengatakan, hal ini menjadi tantangan bagi pemerintah dalam membuka akses ke masyarakat supaya bisa menjadi bagian perluasan ekosistem digital.

"Alasannya, ekosistem digital dapat meningkatkan peluang hidup serta meningkatkan penghasilan bagi lebih banyak orang, baik di lingkungan perkotaan dan pedesaan," kata Rama dalam keterangan tertulisnya, Jumat (8/3).

Oleh karena itu, Mastercard menyarankan, pemerintah dan para pebisnis agar selalu berkomitmen untuk berinvestasi dalam bidang teknologi dan infrastruktur. "Upaya untuk membawa kaum marjinal menuju ekonomi digital harus menjadi prioritas," kata dia.

Salah satu upaya tersebut dapat dilakukan melalui pelatihan keterampilan di bidang teknis dan keuangan. Dengan begitu, konsumen dapat mendorong transformasi dan para pekerja dapat bersaing di dunia kerja yang berbasis kompetensi.

Selain itu, pemerintah dan para pebisnis juga dapat memanfaatkan data dan analitik untuk mendapatkan wawasan pasar baru serta menciptakan produk dan solusi pembayaran baru demi meningkatkan inklusi keuangan.

Mastercard juga menekankan kepada regulator untuk menyelaraskan peraturan di wilayah Asia demi memperluas manfaat perdagangan digital. Pasalnya, peningkatan infrastruktur digital dan perdagangan lintas batas berpotensi meningkatkan produk domestik bruto Asean sebesar US$ 1 triliun pada tahun 2025.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU

[X]
×