kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

2010, Kredit Valas Diprediksi Tumbuh 30%


Jumat, 12 Februari 2010 / 07:13 WIB
2010, Kredit Valas Diprediksi Tumbuh 30%


Reporter: Andri Indradie |



JAKARTA. Membaiknya pertumbuhan ekonomi Indonesia yang diprediksi tumbuh 5,5% tahun ini, membuat Bank Indonesia (BI) optimis dengan kredit valutas asing (valas) yang dikucurkan perbankan. Deputi Direktur Direktorat Internasioal BI Dian Ediana Rae mengatakan, pertumbuhan kredit valas tahun ini setidaknya bisa mencapai 30%.

"Kredit valas akan tumbuh lebih baik. Proyeksinya, bisa (tumbuh) 30%," kata Dian hari ini (11/2).

Menurut Dian, pertumbuhan ini akan didukung oleh kondisi likuiditas yanng cukup besar. Langkah selanjutnya, lanjut Dian, adalah memperbaiki aspek permintaan di pasar agar mampu ekspansi dan belanja.

"Saat ini, banyak bank devisa punya cadangan likuiditas valas yang besar. Jadi, tidak ada alasan untuk menahan ekspansi kredit," imbuhnya.

Dian bilang, membaiknya perekonomian Indonesia sudah bisa dilihat dari membaiknya sektor energi, pertambangan, dan komoditas. Di pasar internasional, permintaan terhadap komoditas-komoditas masih tergolong besar di pasar internasional. Maka, jika bisa memanfaatkan secara maksimal, tak ayal kredit valas pun akan membumbung.

Perbankan tentu saja bisa memanfaatkan peluang ini sebesar-besarnya. Dian berharap, tahun ini perbankan bisa lebih ekspansif dalam menyalurkan kredit valas. Salah satu caranya, kalau perlu, memaksimalkan fasilitas pinjaman luar negeri dalam penyaluran kredit.

Dian mengaku, tahun lalu sebenarnya penyaluran kredit valas masih bisa optimal. Hal ini terjadi lantaran menurunnya kegiatan ekspor impor di Indonesia.

"Dalam konteks penurunan ekspor dan impor tahun lalu, bukan karena persoalan kurangnya likuiditas. Tapi, lebih pada permintaan global yang turun sehingga membuat sektor usaha lesu. Sekarang kan mayoritas sudah membaik," tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×