Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Hendra Gunawan
JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk membukukan laba bersih sebesar Rp 9,1 triliun di sepanjang tahun lalu. Pencapaian itu tercatat turun 15,9% jika dibandingkan dengan realisasi tahun sebelumnya.
Ahmad Baequni, Direktur Utama BNI mengatakan, perolehan laba bersih yang tidak sekinclong tahun-tahun sebelumnya dikarenakan kebijakan perseroan untuk meningkatkan pencadangan. Pada tahun 2015 lalu, cadangan kerugian penurunan nilai bank berlogo 46 ini tumbuh 101,4% atau senilai Rp 7,3 triliun.
"Sebagai bagian dari langkah manajemen dalam pengelolaan risiko, kami meningkatkan CKPN hingga coverage ratio naik ke 140,4% dari tahun sebelumnya 130,1%. Kebijakan ini berdampak terhadap perolehan laba bersih. Namun, peningkatan laba sebelum pencadangan, yakni 10,4% mencapai Rp 18,7 triliun," ujarnya, Senin (25/1).
Ini mencerminkan bisnis dan operasional bank pelat merah tersebut tetap tumbuh positif di tengah perlambatan pertumbuhan bisnis bank secara umum. Salah satu bukti, yaitu perolehan NIM alias net interest margin yang meningkat menjadi 6,4% dari tahun sebelumnya sebesar 6,3% dengan pendapatan bunga bersih sebesar Rp 25,6 triliun atau naik 12,3%.
Harap maklum, tahun lalu memang tahun penuh risiko bagi industri perbankan. Profil risiko kredit meningkat dialami hampir setiap bank. Sehingga, CKPN pun naik demi pengelolaan risiko yang lebih baik. BNI sendiri mencatatkan rasio kredit bermasalah atau nonperforming loan/NPL pada posisi 2,7% pada akhir tahun lalu.
Elia Massa Manik, Direktur BNI menambahkan, pihaknya membukukan restrukturisasi kredit macet Rp 14 triliun. Sebanyak Rp 5 triliun di antaranya telah dilakukan penyelesaian oleh masing-masing lini bisnis terkait. "Rp 2 triliun dilakukan upgrade, Rp 1 triliun diselesaikan dan Rp 2,4 triliun hapusbuku (write off)," terang dia.
Restrukturisasi kredit tersebut dilakukan oleh unit remedial and recovery yang dibentuk perseroan dan konsentrasi untuk penyelesaian kredit bermasalah. Unit ini merupakan unit yang sudah ada sebelumnya, namun menjadi lebih terpusat untuk penyelesaian kredit mandek.
Adapun, tahun ini, Baiquni melanjutkan, pihaknya menargetkan pertumbuhan laba bersih dapat tumbuh positif belasan persen. Optimisme ini bukan isapan jempol, mengingat pihaknya telah melakukan pembenahan NPL dan peningkatan CKPN di tahun lalu.
"Dengan ekspansi kredit yang akan kami lakukan tahun ini, termasuk CKPN yang akan dijaga pada coverage ratio 145% - 150%, kami kira bukan tidak mungkin laba kami sampai akhir tahun nanti dapat tumbuh positif. Kami kira bisa double digit menjadi belasan persen," pungkasnya.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News