Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Sanny Cicilia
JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan pelaku usaha asuransi sepertinya harus bekerja ekstra keras untuk memasarkan produk asuransi mikro. Pasalnya, sejak meluncur dua tahun silam, asuransi mikro belum memberikan hasil memuaskan, baik dari pertumbuhan premi maupun distribusi produknya.
Lihat saja, berdasarkan data OJK, hingga saat ini, sebanyak 90% dari premi asuransi mikro yang dihimpun pelaku usaha masih terkonsentrasi pada produk asuransi jiwa kredit mikro. “Ini kan pemegang polisnya banyak yang tidak sadar mereka diasuransikan ketika mengajukan kredit,” tutur Muchlasin, Direktur Industri Keuangan Non Bank Syariah OJK, Rabu (20/5).
Sedangkan sisanya 10% adalah produk-produk asuransi mikro nonjiwa kredit, seperti enam produk asuransi mikro bersama yang diluncurkan tahun lalu. Produk-produk asuransi mikro ini didistribusikan oleh sekitar 53 perusahaan asuransi jiwa dan umum. Itu artinya, belum semua pelaku usaha berperan serta dalam memasarkan produk asuransi mikro.
Tahun ini, kata Muchlasin, pihaknya menggandeng pelaku usaha melakukan roadshow ke 16 provinsi demi memasarkan produk asuransi mikro. Namun demikian, ia meminta, pelaku usaha juga aktif untuk mengedukasi tenaga pemasarnya, mengingat penerimaan produk asuransi mikro di masyarakat terus berkembang.
“Produk asuransi mikro yang voucher-voucher itu sebetulnya jualannya tumbuh. OJK juga kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan UKM, tetapi pelaku usahanya juga harus aktif mengedukasi tenaga pemasarnya dong,” imbuh dia.
Hingga akhir tahun lalu, total nasabah asuransi mikro sudah mencapai 6.169.404 orang. Adapun, total pendapatan preminya sebesar Rp 71,76 miliar. OJK berharap jumlah ini terus meningkat seiring dengan hadirnya enam produk asuransi mikro bersama, yakni Asuransi Mikro Rumahku, Mikro Syariah Si Bijak, Mikro Si Peci, Mikro Warisanku, Mikro Stop Usaha – Gempa Bumi dan Mikro Stop Usaha – Erupsi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News