Reporter: Christine Novita Nababan | Editor: Uji Agung Santosa
JAKARTA. Dua tahun sejak diluncurkannya grand design asuransi mikro, pertumbuhan produk asuransi ritel untuk masyarakat berpenghasilan rendah ini masih suam-suam kuku. Padahal, dari sisi harga, asuransi mikro boleh dibilang murah berkisar antara Rp 10.000 - Rp 50.000. Sosialisasi pun terus digemakan oleh pelaku industri dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dan mitra usaha lain. Lantas, kenapa asuransi mikro masih kalah pamor?
Hendrisman Rahim, Direktur Utama PT Asuransi Jiwasraya (Persero) sekaligus Ketua Dewan Asuransi Indonesia (DAI) ini menilai, ada yang tidak tepat dalam pola promosi asuransi mikro di Indonesia. Sehingga, pertumbuhannya lambat. Misalnya, melakukan sosialisasi dengan embel-embel berjualan.
"Bayangkan, kita datang ke kampung-kampung nelayan atau petani sosialisasi asuransi mikro, lalu sekalian menjual produknya dengan harga Rp 10.000 - Rp 30.000. Beli nggak mereka? Belum tentu. Mereka bisa saja berpikir, lebih baik untuk beli sebungkus nasi atau rokok. Kenapa? Karena, mereka belum tahu, belum merasakan manfaat asuransi," ujarnya, akhir pekan lalu.
Karenanya, merujuk pada pola pemasaran kredit usaha mikro dan kecil oleh perbankan. Yakni, gencar menyalurkan kredit mikro tanpa memikirkan marjin atau mengkhawatirkan kredit macet pada tahap awal sosialisasi. Setali tiga uang, pelaku usaha asuransi juga mempertimbangkan memberikan asuransi mikro dengan cuma-cuma.
Jiwasraya sendiri, sambung Hendrisman, akan mengadopsi pola perbankan dalam melakukan sosialisasi asuransi mikro. Tahap awal, membagi-bagikan asuransi mikro secara gratis kepada masyarakat di lumbung-lumbung kredit mikro berkembang. Pemberian produk secara gratis ini sebagai bagian dari sosialisasi asuransi mikro.
"Kalau sudah punya dan merasakan manfaatnya, klaim mudah. Maka, saya yakin, tahun berikutnya mereka bersedia untuk membeli asuransi mikro. Perbankan juga dulu begitu, kredit mikro dan kecil itu amburadul, rasio kredit macet tinggi. Tetapi, sekarang tertata rapih, semua orang tahu kalau dia pinjam, harus dibayar nantinya," terang dia.
Pola bagi-bagi asuransi mikro secara gratis akan segera dilakukan perusahaan asuransi pelat merah tersebut tahun ini juga. Jika tidak ada aral melintang, rencananya, promosi untuk investasi sosial ini akan dilakukan selama satu tahun. Dananya sendiri akan menggunakan dana corporate social responsibility (CSR) alias tanggungjawab sosial perusahaan.
Hal serupa malah sudah dilakukan PT Prudential Life Assurance (Prudential Indonesia). Perseroan asal Inggris ini mengklaim, membagikan asuransi mikro racikannya yang bertajuk PRUaman melalui program CSR. "Ini investasi sosial Prudential untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya asuransi," tutur Nini Sumohandoyo, Corporate Marketing and Communications Director Prudential Indonesia.
PRUaman dilego mulai dari Rp 2.000 per tahun. PRUaman didistribusikan melalui Koperasi, Bank Perkreditan Rakyat, Lembaga Keuangan Mikro serta komunitas-komunitas masyarakat. Produk ini memiliki empat pilihan manfaat, mulai dari pelunasan pinjaman nasabah kepada LKM, perluasan pertanggungan lainnya berupa santunan kepada ahli waris.
"Kan tidak selamanya mereka menjadi nasabah asuransi mikro. Pertumbuhan pendapatan dan manfaat yang dirasakan nasabah asuransi mikro akan membuat mereka untuk membeli proteksi lebih. Ini akan memberikan dampak yang luar biasa bagi masyarakat itu sendiri maupun pelaku usaha asuransi," pungkasnya.
Asal tahu saja, berdasarkan data OJK, akhir tahun lalu, baru sekitar 53 perusahaan asuransi, baik jiwa maupun umum yang memasarkan produk asuransi mikro. Padahal, pelaku industri asuransi seluruhnya mencapai lebih dari 130 perusahaan. Jangan heran, jumlah peserta asuransi mikro baru sebanyak 6.169.404 orang.
OJK berharap, jumlah pelaku terus bertambah seiring dengan kehadiran produk asuransi mikro bersama hasil racikan OJK dengan pelaku usaha. Yakni, Asuransi Mikro Syariah Si Bijak, Asuransi Mikro Si Peci, Asuransi Mikro Warisanku, Asuransi Mikro Rumahku, Asuransi Mikro Stop Usaha - Gempa Bumi dan Asuransi Mikro Stop Usaha - Erupsi.
Enam produk asuransi mikro itu belum termasuk produk-produk asuransi mikro inisiasi masing-masing perusahaan asuransi. Adapun, jumlah premi asuransi mikro sampai akhir Desember 2014 sebesar Rp 106,45 miliar dengan klaim mencapai Rp 71,76 miliar.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News