Reporter: Ferrika Sari | Editor: Khomarul Hidayat
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pandemi menjadi berkah bagi industri asuransi. Di tengah pembatasan sosial, perusahaan asuransi terus beradaptasi dengan melakukan transformasi digital dan melakukan kolaborasi dengan pelaku usaha digital. Salah satunya dengan memanfaatkan kanal insurance technology (insurtech) untuk memasarkan produk asuransi.
Berkat kehadiran insurtech, nasabah menjadi dimudahkan dan bisnis asuransi juga mulai menanjak. Alhasil, premi asuransi dari insurtech terus tumbuh. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, total premi industri asuransi umum dan jiwa yang didistribusikan melalui insurtech sentuh Rp 6,0 triliun per Juli 2021. Nilai itu menyumbang 3,94% dari total premi industri.
Deputi Direktur Pengawasan Asuransi 2 Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kristianto Andi Handoko mengatakan, premi insurtech diperoleh melalui kanal, mulai dari pemasaran langsung mencapai Rp 1,80 triliun, agen asuransi Rp 3,14 triliun.
"Kemudian bancassurance Rp 0,15 triliun, BUSB (perusahaan pembiayaan) Rp 0,29 triliun, BUSB (lainnya) senilai Rp 0,07 triliun, dan pialang asuransi senilai Rp 0,54 triliun," kata Kristianto dalam webinar Infobank dengan tema “Prioritas Kesehatan Masyarakat di Masa Pandemi, Asuransi Gencarkan InsurTech”, Rabu (15/9).
Baca Juga: Hingga akhir Agustus, PasarPolis telah cetak lebih dari 300 juta polis
Menurutnya, bisnis asuransi secara digital menunjukkan tren peningkatan dibandingkan bulan Mei dan Juni 2021 lalu. Hal ini seiring dengan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya perlindungan kesehatan selama pandemi.
Dengan realisasi itu, Kristianto memperkirakan, pemasaran asuransi lewat insurtech akan tumbuh signifikan untuk tahun ke depan. Untuk itu, ia meminta perusahaan asuransi memperbaiki dari sisi teknologi informasi.
Di sisi lain, ia berharap, insurtech berharap dapat memberikan akses yang luas kepada masyarakat. Mengingat, pemasaran asuransi secara digital bisa menjangkau daerah - daerah pelosok di Indonesia.
Menanggapi hal itu, Kepala Departemen Insurtech Asosiasi Asuransi Jiwa Indonesia (AAJI) Henky Djojosantoso menyebut kontribusi premi dari insurtech masih kecil. Saluran distribusi terbesar masih dari bancassurance dan keagenan.
Merujuk data AAJI, pemasaran asuransi lewat e-commerce mencapai Rp 31,45 miliar atau naik 130,40 yoy pada 2020. Bahkan, hingga semester I 2021, premi dari kanal ini sudah menyentuh Rp 24,16 miliar dan terus berpotensi bertambah.
"Tapi penjualan secara online masih sangat kecil, di bawah 0,1% (secara industri) pada tahun 2020 walaupun tumbuh. Dibandingkan total premi tentunya juga masih belum signifikan," kata dia.
Sementara itu, Direktur Allianz Life Indonesia Bianto Surodjo menyarankan jika ingin melakukan penjualan melalui platform digital, maka perusahaan asuransi harus terlebih dahulu memulai dengan produk yang relatif lebih sederhana.
"Kalau bicara tentang produk retail memang sedikit berbeda dari general insurance. Di Allianz, kami memanfaatkan platform digital yang populer di pasaran, baik platform Allianz sendiri, maupun platform asuransi seperti PasarPolis, platform e-commerce seperti bukalapak, dan platform ride-hailing seperti Gojek," tambahnya.
Selain melakukan kolaborasi dengan pelaku usaha digital, selama ini Allianz juga menjangkau nasabah dengan produk-produk inovatif. Misalnya untuk driver GoJek, perusahaan meluncurkan asuransi kesehatan dengan premi Rp2.300 per hari.
Ini sangat sesuai dengan income para driver tersebut. Melalui kerja sama tersebut, akses terhadap pelanggan akan lebih luas dengan waktu yang lebih singkat," imbuh Bianto.
Selanjutnya: Tren asuransi meningkat saat pandemi, OJK sebut potensi insurtech makin besar
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News