kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • LQ45893,21   -2,34   -0.26%
  • EMAS1.324.000 -0,68%
  • RD.SAHAM 0.05%
  • RD.CAMPURAN 0.03%
  • RD.PENDAPATAN TETAP 0.00%

Alokasi dana PEN belum mampu mendongkrak kredit perbankan


Kamis, 21 Januari 2021 / 17:16 WIB
Alokasi dana PEN belum mampu mendongkrak kredit perbankan
ILUSTRASI. Nasabah melakukan transaksi di kantor cabang?BNI?di Bintaro, Tangerang Selatan, Senin (11/1). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/11/01/2021


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Realisasi penyaluran dana program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN) ke perbankan cukup maksimal. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat per akhir 2020 lalu dari total alokasi dana sebesar Rp 66,75 triliun di Bank BUMN, Bank Daerah dan Bank Syariah sudah mencapai Rp 328,85 triliun. 

Itu artinya, bank-bank di Tanah Air telah berhasil menyalurkan 4,85 kali dari total alokasi dana. Kendati demikian, hal itu sejatinya belum mampu mendorong pertumbuhan kredit secara industri. 

Berdasarkan catatan Bank Indonesia (BI) pada tahun lalu kredit perbankan terkontraksi cukup dalam yakni -2,41% secara tahunan atau year on year (yoy). Menurut Gubernur BI Perry Warjiyo hal ini disebabkan oleh permintaan kredit yang terbilang rendah. "Sekaligus, persepsi risiko perbankan," terangnya dalam Pengumuman Hasil RDG Bulanan BI, Kamis (21/1). 

Baca Juga: Hampir separuh pendapatan premi asuransi jiwa berasal dari kanal bancassurance

Meski begitu, sejumlah bankir yang dihubungi Kontan.co.id mengatakan, alokasi dana PEN memang sejatinya ditujukan untuk mendongkrak kinerja debitur yang terdampak pandemi Covid-19. 

PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) misalnya yang mengatakan sepanjang tahun 2020 pihaknya sudah mendapatkan alokasi dana PEN sebesar Rp 7,5 triliun. Sekretaris Perusahaan BNI Mucharom bilang dari total dana itu pihaknya sudah berhasil menyalurkan pinjaman sebesar Rp 28,29 triliun.

"Nilai itu setara 3,77 kali dari perolehan dana PEN dari pemerintah. Pinjaman tersebut disalurkan ke 150.858 debitur," ujarnya, Kamis (21/1).

Dalam kondisi pandemi, permintaan kredit memang cukup terpukul. Meski begitu, BNI mengaku tetap menyalurkan kredit pada sektor unggulan. Tentunya, dengan tetap berpedoman pada pertimbangan risiko, governance serta ketentuan yang berlaku. 

Begitu pula dengan PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) sebagai salah satu bank yang dapat alokasi dana paling jumbo. Sekretaris Perusahaan BRI Aestika Oryza Gunarto menjelaskan per 16 Desember 2020 pihaknya telah memberikan subsidi sebesar Rp 5,46 triliun. 

Baca Juga: Ini jajaran direksi baru Bank BRI (BBRI) hasil RUPSLB, Kamis (21/1)

Jumlah itu menurutnya setara 76,6% dari realisasi penyaluran bunga kredit bagi UMKM secara nasional yang berjumlah Rp 7,12 triliun. Selain itu, BRI turut memberikan penjaminan kredit UMKM senilai Rp 8,34 triliun (per 27 Desember 2020) kepada 13.808 debitur UMKM. Melalui penjaminan ini, portofolio kredit UMKM BRI tetap terjaga meski kondisi bisnis para debitur tengah terdampak pandemi. 

BRI juga telah melakukan penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) Mikro dan Super Mikro sebesar Rp 125,44 triliun.

"Stimulus yang diberikan lewat program PEN tersebut turut membantu bank dalam menaikkan permintaan kredit, dan ke depan BRI akan terus mendukung berbagai program pemerintah dalam pemulihan perekonomian nasional," ujarnya.

Beberapa bank daerah juga catatkan realisasi dana PEN. PT BPD Sumatera Utara (Bank Sumut) misalnya sudah menyalurkan dana Rp 1,3 triliun kepada 9.607 debitur per 19 Januari 2021. 

Sekretaris Perusahaan Bank Sumut Syahdan Siregar pun mengakui kalau realisasinya memang masih belum sesuai target. Adapun, alokasi dana PEN ke Bank Sumut tercatat sebesar Rp 1 triliun dengan target penyaluran Rp 2 triliun. Untuk itu, pihaknya telah mengajukan permohonan untuk perpanjangan sampai dengan Oktober 2021. 

Walau belum bisa mendongkrak kredit secara industri, Syahdan turut mengamini kalau penyaluran dana PEN sejatinya cukup efektif. Terutama untuk membantu perekonomian masyarakat yang terdampak pandemi Covid-19. 

Baca Juga: Sasar anak muda, BNI siap tebar KPR bagi milenial

Segendang sepenarian, PT BPD Bali menyebut total alokasi dana PEN yang diperoleh perseroan mencapai Rp 700 miliar. Adapun, realisasinya menurut Direktur BPD Bali Made Lestara Widiatmika nilainya sudah mencapai Rp 2,3 triliun. "Dana tersebut 61,94% disalurkan ke sektor produktif dan 38,06% ke konsumtif," katanya. 

Walau alokasinya kecil, menurut Lestara alokasi itu cukup mendongkrak kredit BPD Bali. Dia mengungkap tahun 2020 realisasi kredit perseroan sudah menembus Rp 19,14 triliun atau naik 3,99% secara yoy. "Realisasi itu lebih tinggi dari pertumbuhan kredit (industri) di Bali yang sampai dengan November 2020 hanya sebesar 1,61% yoy," imbuhnya. 

Kemungkinan besar pergerakan kredit baru terjadi di tahun 2021. Apalagi, di tahun 2021 pemerintah melalui Kementerian Keuangan tetap  melanjutkan program PEN tersebut. Nilai alokasi dananya pun sama dengan tahun lalu yakni Rp 66,99 triliun. 

Optimisme itu juga digaungkan oleh dua lembaga. OJK sebagai regulator di sektor keuangan memprediksi kredit di 2021 bisa tumbuh 6%-7%. Sementara BI lebih optimis dengan memasang target sebesar 7%-9% di akhir tahun. 

Selanjutnya: Susunan direksi BRI dirombak besar-besaran, direktur keuangan diganti

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
Accounting Mischief Practical Business Acumen

[X]
×