Reporter: Anisah Novitarani, Avanty Nurdiana | Editor: Rizki Caturini
JAKARTA. Minat orang yang berinvestasi di perusahaan teknologi finansial yang menghubungkan mitra usaha mikro dan kecil dengan investor tumbuh pesat. PT Amartha Mikro Fintek, semisal, kebanjiran investor yang hendak menggelontorkan pendanaan. Hanya saja, mitra atau nasabah yang akan dibiayai belum mencukupi.
Untuk memperbesar jumlah nasabah, Amartha berencana membuka pasar baru. Perusahaan teknologi finansial berbasis peer to peer lending (P2P) ini akan membuka 50 cabang baru di tahun ini.
Lydia Kusnadi, Visual Communication Strategist Amartha Mikro mengatakan, saat ini jumlah cabang yang dimiliki sebanyak 18 cabang yang berkonsentrasi di Jawa Barat. Seperti Subang, Bandung dan Bogor dengan jumlah nasabah 30.000 orang yang semuanya ibu rumah tangga.
Anita Rosalina, Digital Strategist PT Amartha Mikro Fintek menambahkan, cabang baru akan dibuka di Jawa Tengah, Jawa Timur dan Jawa Barat. Namun, Amartha masih belum menyebutkan detail nama kota atau kabupaten yang akan disasar perusahaan ini. "Mungkin Sragen dan juga wilayah lain di Jawa Barat," kata dia, Rabu (29/3).
Penambahan jumlah cabang tersebut seiring dengan target penyaluran pembiayaan Amartha di tahun ini. Amartha menargetkan bisa menyalurkan pembiayaan hingga Rp 310 miliar pada tahun ini. Jumlah itu naik dari Rp 70 miliar di tahun lalu.
Sejauh ini, rasio pembiayaan bermasalah (NPL) masih terkendali. "NPL kami nol persen," ujar Anita. Amartha yakin rasio ini masih bisa dijaga. Pasalnya manajemen risiko Amartha sedikit unik.
Perusahaan fintech yang semula berbentuk koperasi ini menjaga rasio kredit macet dengan skema pembiayaan tanggung renteng. Pembiayaan mengalir ke kelompok peminjam. Dalam sebuah kelompok terdiri dari 15 orang-25 orang yang tinggal di tempat berdekatan. Bila ada nasabah mitra yang tidak bisa membayar cicilan, akan ditanggung renteng oleh kelompok.
Amartha juga menggandeng perusahaan asuransi untuk menjamin keamanan investasi para investor. Tak hanya itu, Amartha juga memiliki dana cadangan yang digunakan untuk membayar dana investor jika terjadi masalah. "Jadi dana investor aman karena kami ikut bertanggung jawab," ujar Lydia.
Ia menambahkan, Amartha tidak melakukan penampungan dana investor. Dana milik investor baru mengalir jika ada mitra yang akan dibiayai.
Minat investor menanamkan dana di Amartha cukup besar karena tawaran imbal hasil yang dijanjikan. Selama setahun rata-rata investor bisa mendapat imbal hasil bersih 19% per tahun setelah dipotong biaya administrasi 1%. Adapun bagi peminjam dikenai bunga 30% per tahun.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News