Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Barratut Taqiyyah Rafie
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Analis Bahana Sekuritas menyatakan, biaya kredit atau cost of credit (COC) menunjukkan tren penurunan sepanjang tahun 2017. Dalam analisnya terhadap 12 bank, Bahana mencatat, COC tahun 2017 berada di posisi 1,5%. Jumlah ini menurun bila dibandingkan dengan posisi akhir tahun 2016 yang sempat mencapai 1,8%
Hal ini salah satunya didukung oleh beberapa kondisi ekonomi secara makro yang meningkat, termasuk perbaikan dari harga komoditas dalam beberapa waktu terakhir.
Meski COC menurun, Bahana menyatakan jumlah pendapatan bunga bersih atau net interest income (NII) dan pre provision operating profit (PPOP) hanya berada di posisi 4% dan 5%. Kendati demikian, tren pencadangan bank justru menurun 16% secara tahunan di tahun lalu. Dus, laba bersih bank secara rata-rata naik ke angka 18,5%.
Melihat tren tersebut, sejumlah bankir menyebut penurunan baiya akan terus berlanjut di tahun 2018.
Ambil contoh PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk atau BNI yang mencatat credit cost sebesar 1,6% di tahun 2017. Direktur Keuangan BNI Rico Rizal Budidarmo menyebut posisi ini menurun drastis ketimbang tahun 2016 yang menyentuh ke level 2%.
"Kondisi ini didorong oleh strategi BNI dalam mengelola risiko kredit, BNI lebih selektif dalam pemberian kredit pada sektor-sektor yang dinilai memiliki risiko tinggi dan terdampak kondisi ekonomi yang fluktuatif," jelas Rico dalam pesan singkatnya kepada Kontan.co.id, Minggu (11/2).
Lebih lanjut, bank bersandi saham BBNI ini juga mencadangkan sejumlah dana untuk mengakomodir debitur-debitur perseroan yang mengalami masalah keuangan atau yang diperkirakan bakal mengalami penurunan kualitas kredit.
Fakta ini memang tercermin dalam rasio kredit bermasalah alias non performing loan (NPL) BNI yang turun dari 3% pada 2016 menjadi 2,3% di 2017.
Rico menjelaskan, ke depannya, BNI yakin akan menjaga credit cost pada level memadai. "BNI masih akan tetap menerapkan strategi serupa untuk menjaga kualitas kredit ditambah dengan pemantauan khusus untuk debitur-debitur pra NPL," katanya.
Serupa dengan BNI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk pekan lalu juga mengatakan credit cost perseroan berada di level 2,2% sampai 2,3%. Kendati lebih tinggi dibandingkan rata-rata industri, Direktur Utama Bank Mandiri Kartika Wirjoatmodjo menjelaskan posisi tersebut diprediksi masih bakal bisa bergerak hingga ke level 2% di tahun 2018 ini.
Salah satunya dengan adanya penurunan NPL perseroan dari 4% ke 3,46%. Dus, perbaikan biaya kredit ini diharapkan dapat mendongkrak laba bersih Bank Mandiri ke level 20% tahun ini.
"Dengan penurunan credit cost ini maka pada tahun ini diproyeksi laba bank akan membaik," kata Tiko, sapaan akrabnya pekan lalu.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News