kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.533.000   18.000   1,19%
  • USD/IDR 16.199   95,00   0,58%
  • IDX 6.984   6,63   0,09%
  • KOMPAS100 1.040   -1,32   -0,13%
  • LQ45 817   -1,41   -0,17%
  • ISSI 212   -0,19   -0,09%
  • IDX30 416   -1,10   -0,26%
  • IDXHIDIV20 502   -1,67   -0,33%
  • IDX80 119   -0,13   -0,11%
  • IDXV30 124   -0,51   -0,41%
  • IDXQ30 139   -0,27   -0,19%

Antisipasi dampak PSBB, fitnech lending lebih adaptif merespons restrukturisasi


Kamis, 17 September 2020 / 16:43 WIB
Antisipasi dampak PSBB, fitnech lending lebih adaptif merespons restrukturisasi
ILUSTRASI. Penyelenggara fintech P2P lending akan lebih adaptif termasuk dalam merespons permintaan restrukturisasi saat PSBB.


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) DKI Jakarta akan berdampak kepada industri keuangan non bank. Kendati demikian, pelaku industri fintech peer to peer lending siap mengantisipasi dampak kebijakan ini.

Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menilai, penyelenggara P2P lending akan lebih adaptif termasuk dalam merespons permintaan restrukturisasi. Lantaran telah memiliki pengalaman pada PSBB pertama yang sudah berlangsung pada April hingga Juli 2020 lalu.

“Restrukturisasi itu sudah regular terjadi pada platform dengan persetujuan dari lender. Mengingat produk pinjaman kebanyakan dengan tenor singkat, maka adjustment dapat lebih cepat dilakukan,” ujar Ketua Harian AFPI Kuseryansyah kepada Kontan.co.id pada Kamis (17/9).

Baca Juga: Membaik, penyaluran pinjaman akseleran tumbuh 12,6% hingga awal September

Ia menyarankan agar penyelenggara masuk sektor produktif lantaran bisa diandalkan. Utamanya pada sub-sektor kesehatan seperti UMKM farmasi dan alat pendukung kesehatan. Juga pada segmen distribusi pangan, produk agrikultur, makanan kemasan.

Selain itu, ia menilai, pelaku industri bisa masuk pada hal-hal yang berkaitan kebiasaan baru masyarakat dalam bersepeda dan berolahraga. Namun hal ini juga memerlukan pengukuran mitigasinya.

Sebelumnya ,AFPI mencatat laporan yang masuk ke asosiasi ada Rp 300 miliar pinjaman telah direstrukturisasi akibat dampak Covid-19. AFPI melihat tren permintaan restrukturisasi semakin berkurang. Ia menilai hal ini lantaran tenor pinjaman fintech P2P lending relatif lebih singkat mulai dari 1 bulan hingga 36 bulan.

“Bila sudah menjalankan pinjaman sejak Februari, maka pada Maret dan April paling banyak restrukturisasi yang dipenuhi. Sekarang jauh berkurang, karena sudah dilaksanakan pada April hingga Juni,” tutur Kus.

KoinWorks juga mulai menghitung dampak pembatasan sosial berskala besar (PSBB) Jakarta. Kendati demikian, KoinWorks memastikan berjalannya langkah mitigasi risiko untuk menjaga stabilitas bisnis dan kepercayaan pengguna selama diberlakukannya PSBB kembali di Ibukota.

Benedicto Haryono, CEO & Co-founder KoinWorks menyebut mayoritas pembiayaan di KoinWorks disalurkan kepada pelaku UKM Digital. Peminjam kebanyakan berjualan di platform digital seperti melalui e-commerce ataupun media sosial.

“KoinWorks optimistis pada penerapan PSBB kali ini, UKM Digital dalam ekosistem KoinWorks dapat lebih adaptif sehingga KoinWorks pun memprediksi hanya akan ada sekitar 2% peminjam yang sebelumnya mendapatkan restrukturisasi mungkin akan kembali memerlukan pendampingan lebih di periode PSBB kali ini,” jelas Benedicto.

Berkaca dari pengalaman saat diberlakukannya PSBB pertama kali, KoinWorks bisa mempertahankan NPL di kisaran angka 1%. KoinWorks pun masih mencatat penyaluran hingga Rp 250 miliar selama periode PSBB pertama di bulan Maret hingga Juni 2020.

Co-founder dan CEO Akseleran Ivan Nikolas Tambunan menyatakan, terdapat 15 peminjam (borrower) dengan nilai sekitar Rp 1,05 miliar yang mendapatkan restrukturisasi. Ia menyebut, nilai itu kurang dari 0,1% dari outstanding pinjaman Akseleran saat ini yang berjumlah Rp 210 miliar.

"Restrukturisasi itu hampir seluruhnya dari online merchants. Ada yang berjualan spareparts mobile, akuarium, handphone, dan sebagainya. Restrukturisasinya berupa grace period dan perpanjangan tenor,” kata Ivan kepada Kontan.co.id.

Kendati demikian, Ivan mengaku tren permintaan restrukturisasi pinjaman sudah tidak ada lagi. Asal tahu saja, berbeda dengan industri perbankan dan pembiayaan, restrukturisasi di fintech harus mendapat persetujuan dari pemberi pinjaman (lender).

Guna menjaga nilai kualitas pinjaman dan mengurangi potensi restrukturisasi, Akseleran memperketat assesment risk secara prudent. Juga menjaga risiko portofolio pinjaman dengan memperbesar porsi penyaluran pinjaman dalam bentuk invoice financing yang memakai underlying berupa invoice.

Selain itu, Akseleran keluar dari beberapa sektor yang sedang kurang baik performanya. Juga melakukan pengawasan terhadap pinjaman yang sudah tersalurkan dengan lebih intensif.

Selanjutnya: KoinWorks proyeksi restrukturisasi pinjaman akibat PSBB kedua hanya 2%

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×