Reporter: Ferry Saputra | Editor: Handoyo .
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Berdasarkan data Kpler, ekspor batubara termal Indonesia hingga Oktober 2023 mencapai 413 juta ton. Realisasi tersebut membuat Indonesia menjadi eksportir batubara terbesar karena menguasai 50% pasar ekspor batubara termal global. Ternyata hal itu juga berefek ke pembiayaan alat berat perusahaan multifinance.
Mengenai efeknya, Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) menilai penjualan alat berat tentu mengalami penurunan daripada tahun lalu. Menurut Ketua Umum APPI Suwandi Wiratno, hal itu wajar karena investasi mulai terjadi pada saat harga batubara naik di kuartal III-2020.
"Orang tentu tak selalu investasi dan beli terus, cukup dia punya alatnya sehingga pertambangan tentu akan terus berjalan sehingga Indonesia menjadi negara pengekspor komoditas batubara. Namun, alat berat juga bukan hanya dipakai untuk alat berat saja, ada juga untuk tambang nikel konstruksi dan lainnya. Memang paling banyak di pertambangan," katanya kepada Kontan.co.id, Kamis (23/11).
Baca Juga: Ekspor Batubara Indonesia Pengaruhi Pembiayaan Alat Berat Perusahaan Multifinance
Suwandi merinci secara pertumbuhan investasi, industri tumbuh 16% dan modal kerja 16% secara YoY pada Agustus 2023, jika dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Artinya, memang ada efek terhadap pembiayaan alat berat karena penjualan batubara yang meningkat.
Terkait pembiayaan alat berat turun, tetapi pembiayaan naik, Suwandi menyatakan ada beberapa penjualan alat-alat berat yang tak tercatat. Sebab, sudah masuk pemain asing dari China yang tak masuk ke dalam perhimpunan alat berat itu sendiri.
Baca Juga: Ekspor Batubara Indonesia Beri Dampak ke Pembiayaan Alat Berat Multifinance
"Mungkin itu yang belum tercatat dan kami juga tak tahu berapa banyak penjualan dari mereka yang masuk di Indonesia. Ada perusahaan pembiayaan juga yang sudah berpartner dengan perusahaan yang menjual alat berat tersebut. Jadi, semua tergantung pemain masing-masing," ungkapnya.
Mengenai prospek tahun depan, Suwandi mengaku masih belum bisa menebak pertumbuhannya. Dia menyebut ada sejumlah hal yang harus diwaspadai juga, yakni faktor eksternal, seperti sulitnya mendapatkan minyak bumi karena perang hingga geopolitik.
"Tahun depan perusahaan akan melihat kondisi pasar dan faktor eksternal terkait pertumbuhan batubara. Kami optimistis tahun depan bisa tumbuh 11%-12% meski menurun sedikit dari tahun ini yang sebesar 16%," ungkap Suwandi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News