kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.539.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.740   20,00   0,13%
  • IDX 7.492   12,43   0,17%
  • KOMPAS100 1.159   4,94   0,43%
  • LQ45 920   6,72   0,74%
  • ISSI 226   -0,39   -0,17%
  • IDX30 475   4,06   0,86%
  • IDXHIDIV20 573   5,12   0,90%
  • IDX80 133   0,95   0,72%
  • IDXV30 141   1,37   0,98%
  • IDXQ30 158   1,02   0,65%

Aset BPR naik 10% di April 2017


Senin, 10 Juli 2017 / 12:05 WIB
Aset BPR naik 10% di April 2017


Reporter: Laurensius Marshall Sautlan Sitanggang | Editor: Dessy Rosalina

JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat perkembangan industri Bank Perkreditan Rakyat (BPR) pada April 2017 tumbuh positif dengan total aset mencapai Rp 115,2 triliun atau meningkat 10,18% secara tahunan atau year on year (yoy).

Sementara itu, berdasarkan data OJK saat ini jumlah BPR yang tersebar di seluruh Indonesia mencapai 1.621 dengan kredit yang berhasil disalurkan sebesar Rp 110,9 triliun atau tumbuh 9,95% yoy. Adapun, dari kinerja tersebut, BPR berhasil menghimpun Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar Rp 95,5 triliun, DPK BPR tercatat mengalami kenaikan 9,8% secara yoy.

Ketua Dewan Komisioner OJK, Muliaman D. Hadad menyebut, terlepas dari kinerja BPR yang positif, masih terdapat permasalahan internal yang harus dibenahi antara lain permodalan yang masih terbatas, tata kelola (Good Corporate Governance/GCG), kualitas dan kuantitas Sumber Daya Manusia (SDM).

Selain itu, OJK menilai saat ini biaya dana di BPR masih cenderung mahal akibatnya hal tersebut berdampak pada suku bunga,. Belum lagi produk dan layanan BPR yang cenderung monoton alias belum variatif.

"BPR secara rata-rata industri baru berkontribusi 1%, tapi jika ditotal asetnya cukup banyak dan ini harus didorong lagi," kata Muliaman saat ditemui di Jakarta, Senin (10/7).

Lebih lanjut, OJK menambahkan dari sisi eksternal, tantangan yang dihadapi oleh BPR semakin meningkat. Pasalnya, sejauh ini segmen yang merupakan target pasar BPR yakni segmen mikro dan kecil juga menjadi sasaran oleh lembaga jasa keuangan lain selain bank.

"Lembaga Keuangan Mikro (LKM), Koperasi Simpan Pinjam, Credit Union, dan Fintech juga masuk ke segmen ini, sehingga persaingan pada sektor mikro dan kecil menjadi sangat ketat," tutur Muliaman.

Atas hal itu, untuk mendorong permasalahan di industri BPR serta tantangan atas persaingan yang terjadi, telah dilakukan penguatan industri BPR melalui penerbitkan rangkaian ketentuan oleh OJK yang memperkuat pengaturan kelembagaan, prudential banking, teknologi informasi, manajemen risiko dan tata kelola.

Tidak hanya itu, OJK bersama dengan Perhimpunan Bank Perkreditan Rakyat Indonesia (Perbarindo) tengah mengkaji pengembangan produk dan layanan serta strategi branding BPR.

Ketua Perbarindo, Joko Suyanto menambahkan, kajian tersebut meliputi pengembangan produk dan layanan BPR yang mampu menjawab kebutuhan masyarakat yaitu produk dan layanan BPR berbasis jasa teknologi.

"Karena keterbatasan modal, kami akan bekerjasama antar BPR untuk infrastruktur teknologi Informasi khususnya di bidang telekomunikasi," kata Joko.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News


Survei KG Media

TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×