Reporter: Anaya Noora Pitaningtyas |
JAKARTA. Rencana Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) mengizinkan perusahaan penjaminan terjun ke bisnis surety bond, tidak menciutkan nyali industri perasuransian. Industri asuransi umum yang lebih dahulu memasarkan produk ini mengaku siap bersaing. Maklum, potensi pasar di bisnis ini terbilang masih besar.
Surety bond merupakan produk asuransi yang menjamin kelangsungan/keberhasilan suatu proyek alias tender dalam sebuah perjanjian tertentu. Selama ini, hanya industri asuransi yang mengelola produk ini.
Namun, melalui revisi Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No 222/2008 tentang Perusahaan Penjaminan Kredit dan Perusahaan Penjaminan Ulang Kredit, Bapepam-LK akan membuka pintu bisnis surety bond. Revisi aturan ini juga bakal menurunkan permodalan perusahaan penjaminan, dari Rp 75 miliar menjadi Rp 25 miliar. Kini, revisi itu masih menunggu persetujuan Menteri Keuangan.
T. Yohas Raffli, Direktur Eksekutif Asuransi Parolamas, menjelaskan, potensi pasar surety bond masih besar dan memungkinkan munculnya pemain baru. Ini mengingat, sebagai negara berkembang, banyak proyek pembangunan di Indonesia. Tercatat, dari 132 perusahaan asuransi, baru terdapat 40 perusahaan yang menyasar bisnis ini.
Namun, Yohas berharap, tetap ada perbedaan segmen antara surety bond di asuransi dengan di perusahaan penjaminan. Hal ini menyesuaikan dengan karakter bisnis kedua jenis usaha tersebut. "Perusahaan penjaminan bergerak di sektor credit risk, sehingga produk surety bond yang dipasarkan harus fokus di situ," kata Yohas.
Sedangkan di perusahaan asuransi, produk surety bond lebih menyasar pada jaminan pada masa penawaran, pelaksanaan, hingga masa pemeliharaan proyek.
I Ketut Pasek Swastika, Direktur Asuransi Sinarmas, menambahkan, perusahaan penjaminan juga wajib menjalani serangkaian seleksi di Bapepam-LK sebelum mendapatkan izin menjual surety bond. Ini mengingat, perusahaan asuransi juga harus mengikuti seleksi itu. "Bila persyaratan dan proses seleksinya sama, kami siap bersaing," kata Ketut.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News