Reporter: Umi Kulsum | Editor: Sanny Cicilia
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Industri asuransi umum masih memiliki pekerjaan rumah untuk segera memenuhi aturan soal penempatan investasi di instrumen surat berharga negara (SBN) sebesar 20% dari dana investasinya. Namun, minimnya pasokan menjadi satu hal yang menjadi tantangan bagi pelaku.
Merujuk data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sampai bulan September 2017, pelaku asuransi umum menempatkan dana di instrumen SBN sebesar Rp 7,77 triliun. Jumlah ini baru setara dengan 11,9% dari total keseluruhan dana investasi sebesar Rp 65,01 triliun.
Direktur Pengawas Asuransi OJK Ahmad Nasrullah mengakui hingga saat ini masih ada beberapa pelaku asuransi umum yang masih belum memenuhi ketentuan tersebut. Berdasarkan informasi yang masuk, menurut dia lantaran kurangnya pasokan SBN di pasar sekunder.
Selain itu, harga yang cukup tinggi juga menjadi salah satu alasan lantaran yield yang diterima akan menjadi rendah dan terkadang tidak pas dengan asumsi bunga teknis aktuaria perusahaan asuransi.
Namun, Nasrullah masih optimistis perusahaan asuransi umum dalam negeri bisa memenuhi ketentuan ini di akhir tahun nanti, apalagi sudah tersedianya relaksasi berupa instrumen lain di bidang infrastruktur misalnya. Jika tidak, regulator tersebut masih akan mengkaji lebih lanjut seberapa besar yang tidak bisa memenuhi ketentuan ini.
"Meski masih ada yang belum penuhi, tapi secara garis besar tidak banyak dan mereka juga sedang berupaya untuk memenuhi ketentuan ini," kata Nasrullah kepada Kontan.co.id, Kamis (9/11).
Ia memperkirakan di atas 50% perusahaan asuransi umum sudah memenuhi batas ketentuan 20%, bahkan sudah banyak juga yang melampaui aturan tersebut.
Kesulitan mendapatkan instrumen SBN di pasaran juga diakui oleh PT Asuransi Bina Dana Arta Tbk. Menurut Direktur Utama ABDA Candra Gunawan, saat ini investasi perusahaannya di keranjang SBN sudah hampir mendekati angka 20%.
Pihaknya tentu siap untuk mengikuti aturan yang telah ditetapkan OJK di tahun ini. Apalagi kekurangannya juga tidak begitu banyak dan hanya perlu menyempurnakan sedikit lagi.
"Memang susah dapatkan barangnya (SBN) karena supply di pasar juga tidak banyak. Tapi untungnya memang ada relaksasi, kami masih lihat itu, kalau menarik returnnya tentu masuk," kata Candra, baru-baru ini.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News