kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.526.000   -2.000   -0,13%
  • USD/IDR 16.240   -40,00   -0,25%
  • IDX 7.037   -29,18   -0,41%
  • KOMPAS100 1.050   -5,14   -0,49%
  • LQ45 825   -5,35   -0,64%
  • ISSI 214   -0,85   -0,40%
  • IDX30 423   -1,15   -0,27%
  • IDXHIDIV20 514   0,87   0,17%
  • IDX80 120   -0,69   -0,57%
  • IDXV30 125   1,36   1,09%
  • IDXQ30 142   0,26   0,18%

Awas gelembung KTA


Rabu, 30 Januari 2013 / 17:25 WIB
Awas gelembung KTA
ILUSTRASI. Konsumen melakukan pembayaran dengan menggunakan kartu debit di salah satu toko ritel di Tangerang Selatan, Kamis (19/8)./pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/19/08/2021.


Reporter: Arief Ardiansyah, Dian Pitaloka Saraswati, Tri Sulistiowati, Raymond Reynaldi | Editor: Imanuel Alexander

JAKARTA. Gelembung di dalam balon. Permisalan tersebut pas untuk menggambarkan fenomena penyaluran kredit konsumsi perbankan tahun 2012. Padahal, Bank Indonesia (BI) telah membuat kebijakan pembatasan loan to value (LTV) kredit pemilikan rumah (KPR) dan kredit kendaraan bermotor (KKB) untuk bank konvensional sejak bulan Juni 2012. Dengan membatasi penyaluran kedua jenis kredit itu, BI berharap kredit konsumsi tak berubah menjadi balon yang bila meletus bisa mengganggu perekonomian. Setelah aturan itu berjalan enam bulan hingga akhir tahun lalu, Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah melihat kinerja kredit konsumsi sudah sesuai harapan regulator.

Survei Perbankan BI pada akhir triwulan IV-2012 menguak fakta menarik seputar kredit konsumsi, khususnya KKB dan kredit tanpa agunan (KTA) plus kredit multiguna (KMG). Dari sisi KKB mobil, terbukti laju kredit melambat walau masih tumbuh. Adapun KKB sepeda motor malah turun sejak Juni 2012.

Namun, di bagian lain, terjadi lonjakan tajam KTA dan KMG, yang dikelompokkan menjadi satu oleh BI. Selama paruh pertama 2012, penyaluran KTA dan KMG tumbuh stabil dari kisaran Rp 100 triliun sampai Rp 125 triliun. Nah, mulai Agustus sampai November 2012, penyaluran KTA dan KMG melonjak drastis hingga Rp 230-an triliun!

Alhasil, porsi penyaluran KTA dan KMG terhadap total kredit konsumsi ikut terkerek. Direktur Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter BI Yati Kurniati bilang, porsi KTA dan KMG pada November 2012 tercatat 31%. Padahal di awal tahun, porsi kredit ini hanya 16%.

Dengan pencapaian ini, KTA dan KMG menjadi pendukung terbesar pertumbuhan kredit konsumsi. "Porsi KPR dan KKB motor masing-masing 27,6% dan 3,6%," kata Yati. Yang paling menarik, dalam survei tersebut, BI mengindikasikan peralihan (shifting) penggunaan kredit oleh masyarakat. Rupanya, masyarakat memanfaatkan KTA dan KMG dari perbankan sebagai alternatif pembelian sepeda motor begitu LTV diterapkan.

BI sudah waspada

Indikasi ini muncul lantaran saat KKB Sepeda Motor turun, penjualan sepeda motor pada triwulan IV-2012 mencapai 1,75 juta unit atau naik 6,2% dari triwulan sebelumnya. BI menyitir angka penjualan sepeda motor ini dari data Asosiasi Industri Sepeda Motor Indonesia.

Yati menyebut, indikasi yang muncul dalam survei tersebut bersifat masih sangat awal. Jadi, butuh penelitian lanjutan ihwal kebenaran terjadi peralihan pembiayaan masyarakat untuk membeli sepeda motor dari KKB ke KTA atau KMG. Tapi, intinya, "Indikasi ini menunjukkan BI alert terhadap fenomena di perbankan. Selain itu, survei ini juga bertujuan untuk membantu pengawas bank dalam bertugas," katanya.

Pengecekan KONTAN di lapangan menguatkan indikasi BI. Banyak tenaga penjual KTA yang memanfaatkan calon pembeli sepeda motor secara kredit di diler motor sebagai target mereka. "Kalau pembeli tak jadi beli melalui skema yang ditawarkan diler, kami follow up dan mau mengambil pinjaman dari kami," kata seorang tenaga penjual KTA yang meminta KONTAN merahasiakan identitas dirinya.

Dengan terungkapnya fakta ini, menurut ekonom dari Universitas Gadjah Mada, Tony Prasetiantono, menjadi buktiĀ  kebijakan LTV untuk KKB sepeda motor kurang tepat dan tidak tepat sasaran. "Kebijakan LTV untuk sepeda motor ini mungkin bisa ditinjau ulang," tukas Tony.

Kebijakan LTV sejatinya bertujuan untuk mendistribusikan risiko secara lebih berimbang antara bank dan nasabah. Setoran uang muka dari nasabah yang lebih besar merupakan wujud komitmen debitur terhadap fasilitas kredit yang dinikmati nasabah.

Sementara, Direktur Pemasaran PT Bank Tabungan Negara Tbk (BTN) Irman A. Zahiruddin lebih menyoroti penyaluran KTA yang berlebihan. Saat ini, banyak bank yang menawarkan KTA dalam jumlah besar dan jangka waktu cicilan yang semakin panjang. "BI perlu segera meregulasi ulang soal KTA sebelum menimbulkan bahaya," kata Irman.

Menunggu balon meletus?


***Sumber : KONTAN MINGGUAN 18 - XVII, 2012 Laporan Utama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×