kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.928.000   18.000   0,94%
  • USD/IDR 16.237   -59,00   -0,36%
  • IDX 7.204   -18,09   -0,25%
  • KOMPAS100 1.050   -5,82   -0,55%
  • LQ45 808   -2,58   -0,32%
  • ISSI 232   -0,90   -0,38%
  • IDX30 419   -2,36   -0,56%
  • IDXHIDIV20 491   -2,76   -0,56%
  • IDX80 118   -0,50   -0,42%
  • IDXV30 119   -1,87   -1,54%
  • IDXQ30 135   -0,26   -0,19%

Baby Boomers Paling Banyak Gagal Bayar Paylater, Ada Apa?


Rabu, 11 Juni 2025 / 16:51 WIB
Baby Boomers Paling Banyak Gagal Bayar Paylater, Ada Apa?
ILUSTRASI. Konsumen memindai promo transaksi Buy Now Pay Later (BNPL) alias paylater di gerai ritel, Depok, Jawa Barat. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater oleh perusahaan pembiayaan melonjak signifikan sebesar 47,11% secara tahunan (year-on-year/YoY) per April 2025. (KONTAN/Baihaki)


Reporter: Shintia Rahma Islamiati | Editor: Putri Werdiningsih

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pembiayaan Buy Now Pay Later (BNPL) atau paylater oleh perusahaan pembiayaan melonjak signifikan sebesar 47,11% secara tahunan (year-on-year/YoY) per April 2025.

Namun, pertumbuhan ini dibayangi oleh meningkatnya risiko kredit bermasalah. Rasio non-performing financing (NPF) gross BNPL tercatat naik menjadi 3,78%, dari posisi 3,48% pada bulan sebelumnya.

Direktur Utama PT Pefindo Biro Kredit (IdScore), Tan Glant Saputrahadi, menjelaskan bahwa lonjakan NPF tersebut salah satunya dipicu oleh peningkatan gagal bayar pada kelompok generasi baby boomers.

“Berdasarkan data IdScore, NPF pada April 2025 memang meningkat 0,25% dibandingkan bulan sebelumnya. Kenaikan ini disumbang signifikan oleh lonjakan gagal bayar dari kelompok baby boomers, dari 3,9% atau senilai Rp 14,82 miliar di Maret menjadi 5,36% atau Rp 19,19 miliar di April,” ujarnya kepada Kontan, Rabu (11/6).

Baca Juga: Permintaan Tinggi Bikin Pembiayaan Paylater Multifinance Tumbuh Mekar

Tan menambahkan bahwa tingginya tunggakan dari generasi ini terkait dengan kesenjangan adopsi teknologi finansial. Banyak dari mereka belum terbiasa dengan aplikasi keuangan digital, fitur pengingat pembayaran, maupun platform pemantauan utang yang kini menjadi andalan dalam mengelola pembiayaan secara mandiri.

Selain itu, Tan menyebut bahwa kondisi makroekonomi turut memperparah situasi. Meski ekonomi Indonesia tumbuh 4,87% (YoY) per April 2025, namun terkontraksi 0,98% secara kuartalan yang mencerminkan pelemahan aktivitas domestik. Bahkan, terjadi deflasi bulanan di tengah inflasi tahunan sebesar 1,95%, menandakan penurunan daya beli masyarakat.

Baca Juga: NEXT IndonesiaCenter Sebut Pakai Paylater Bisa Buat Masyarakat Kehilangan Subsidi KPR

“Lonjakan PHK di sektor manufaktur dan digital, ditambah pelemahan ekspor serta penurunan belanja rumah tangga, memperkuat sinyal perlambatan ekonomi. Dalam kondisi ini, banyak masyarakat beralih ke BNPL sebagai opsi pembiayaan tambahan, karena kemudahannya,” kata Tan.

IdScore mencatat penggunaan fasilitas paylater meningkat tajam sebesar 23,8% secara tahunan pada April 2025. Namun, lonjakan penggunaan ini tidak sepenuhnya diiringi oleh kemampuan pembayaran yang sehat, sehingga memperbesar risiko gagal bayar di tengah tekanan ekonomi.

Selanjutnya: Tarik Banyak Minat Investor, Proyek Tambak Garam di NTT Diusulkan Jadi KEK

Menarik Dibaca: Harga Emas Malah Naik di tengah Sinyal Ketegangan AS-China Mereda

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News




TERBARU
Kontan Academy
AYDA dan Penerapannya, Ketika Debitor Dinyatakan Pailit berdasarkan UU. Kepailitan No.37/2004 Banking Your Bank

[X]
×