Reporter: Tim KONTAN | Editor: Indah Sulistyorini
KONTAN.CO.ID - Bahana Global Healthcare Sharia USD Equity, merupakan produk investasi terbaru yang diluncurkan oleh Bahana TCW Investment Management (Bahana TCW) dengan fokus berinvestasi di saham perusahaan kesehatan global. Produk reksa dana saham Syariah ini dikembangkan dengan menggandeng manajer investasi terkemuka di dunia, Franklin Templeton (FT).
Produk reksa dana terbaru ini telah dipasarkan melalui beberapa agen penjual yaitu Bank DBS Indonesia dan Standard Chartered Bank Indonesia. Guna memperluas akses distribusi produk ini hingga ke investor, Bahana TCW menggandeng beberapa mitra strategis seperti agen penjual reksa dana (APERD) yang memiliki pengalaman dan jaringan penjualan yang mumpuni. Selain itu, perluasan jalur distribusi produk ini juga untuk memberikan alternatif investasi bagi masyarakat Indonesia yang memiliki ketertarikan untuk berinvestasi di efek-efek unggulan di sektor kesehatan global.
Produk Reksa dana syariah ini dapat dibeli dengan minimum pembelian mulai dari US$ 10.000, dan untuk komposisi portofolio nantinya, lebih dari 50% akan ditempatkan di pasar Amerika Serikat dan sisanya diinvestasikan ke sejumlah negara ekonomi utama dunia, antara lain Swiss, Jepang, Perancis, Jerman, Inggris dan Australia. Selain itu, lebih dari 60% portofolio investasi dari produk ini akan ditempatkan pada saham-saham perusahaan di sektor Kesehatan yang memiliki kapitalisasi pasar di atas USD 50 miliar.
Presiden Direktur Bahana TCW, Rukmi Proborini manyatakan Franklin Templeton sebagai perusahaan investasi terkemuka dunia, dalam pengembangan produk ini mengadopsi konsep Smart Beta. Dalam menentukan portofolio investasinya, konsep Smart Beta memperhitungkan empat faktor utama yaitu Environmental, Social & Good corporate governance (ESG) terutama faktor etika, kualitas laporan keuangan, valuasi perusahaan dan momentum laba perusahaan. Sehingga strategi penempatan portofolio investasi ini diharapkan dapat menjaga hasil investasi di level optimal.
Dari sisi ESG, dengan mengacu kepada data dari lembaga pemeringkat ESG serta transparansi perusahaan, analisa ini ditujukan untuk mengidentifikasi keuntungan dan risiko masing-masing perusahaan dengan mengacu pada standar global. Sementara untuk sisi kualitas, analisa menggunakan pendekatan dari laporan keuangan perusahaan untuk mengukur profitabilitas, kekuatan neraca keuangan dan proyeksi kinerja.
Sedangkan faktor valuasi, analisa penentuan portofolio juga memperhitungkan potensi imbal hasil dengan mempertimbangkan harga yang menarik dan potensi kinerja saham yang kuat. Serta tak kalah pentingnya adalah faktor momentum dimana analisa menggunakan perpaduan historical dan forward looking untuk mengidentifikasi tren investasi dan menghindari perangkap valuasi.
Adapun perusahaan-perusahaan Kesehatan global yang menjadi target dari penempatan portofilio investasi di produk ini adalah perusahaan Kesehatan besar dengan kapitalisasi pasar yang besar pula. Di antaranya, Roche Holding Ltd, Pfizer Inc, Johnson & Johnson, Merck & Co., Inc, dll.
“Konsep pendekatan Smart Beta merupakan konsep besutan Franklin Templeton yang melakukan penentuan penempatan portofolio investasi dengan cara lebih komprehensif. Pelibatan keempat faktor dalam konsep Smart Beta ditujukan untuk memberikan tingkat imbal hasil yang optimal dengan risiko yang lebih dapat disesuaikan dibanding konsep lain,” tambah Rukmi.
Fokus Pada Sektor Kesehatan
Sektor Kesehatan global diprediksi akan semakin berkembang seiring dengan perubahan pola konsumsi serta meningkatnya kesadaran masyarakat akan pentingnya kesehatan paska pandemi. Hal ini telah mendorong perusahaan-perusahaan kesehatan global untuk melakukan berbagai investasi dan inovasi penerapan teknologi untuk memenuhi kebutuhan yang terus meningkat.
Mengutip data yang disajikan Forbes Advisor, sektor Kesehatan di Amerika Serikat (AS) menjadi sektor yang paling potensial untuk jangka menengah maupun panjang. Terlihat dari tingkat pengeluaran kesehatan masyarakat di Amerika Serikat menyumbang hampir 18% dari produk domestik bruto (PDB) AS pada akhir 2019, dan diperkirakan akan terus meningkat hingga mencapai US$6 triliun per tahun atau setara 19,7% dari PDB AS pada tahun 2028.
Proyeksi positif sektor kesehatan juga dipicu oleh meningkatnya kesadaran masyarakat global akan pentingnya kesehatan paska pandemi. Terlebih pertumbuhan di sektor kesehatan juga akan didorong oleh pelibatan teknologi, tren populasi yang semakin menua dan meningkatnya kebutuhan layanan kesehatan untuk penyakit menular dan kondisi kronis lainnya.
“Di tengah banyaknya faktor yang menyebabkan ketidakpastian global, kami menghadirkan produk ini, sebagai jawaban akan kebutuhan investor dalam negeri terhadap produk investasi yang mengedepankan imbal hasil optimal serta mengintegrasikan Environmental, Social, Governance (ESG) dalam pengelolaannya. Selain itu, kami berharap produk ini dapat melengkapi alternatif pilihan investasi bagi masyarakat Indonesia,” tutup Rukmi.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News