Reporter: Adrianus Octaviano | Editor: Anna Suci Perwitasari
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) memutuskan untuk melakukan pembelian kembali saham atau kerap dikenal sebagai buyback. Ini dilakukan di saat bank dengan kode emiten BBNI ini tengah dalam tren penurunan.
Setidaknya, manajemen telah menyiapkan dana sebesar Rp 905 miliar untuk melancarkan aksi korporasi tersebut. Nilai tersebut setara 10% dari total modal disetor, yang berasal dari arus kas bebas (free cash flow) berupa saldo laba yang belum ditentukan penggunaannya.
Direktur Utama BNI Royke Tumilaar pun mengungkapkan bahwa aksi korporasi tersebut memang salah satunya merespon kinerja harga BBNI yang terus merosot. Harapannya, rencana buyback bisa membuat investor semakin percaya dengan BBNI.
“Iya salah satu tujuannya untuk meningkatkan kepercayaan investor,” ujar Royke kepada KONTAN belum lama ini.
Rabu (5/2) pukul 14.00 WIB, saham BBNI terlihat melemah sekitar 3,62% menjadi Rp 4.530 per saham. Setahun terakhir, BBNI telah merosot sebanyak 21,57% YoY.
Baca Juga: Akan Di-Buyback Rp 3 Triliun, Harga Saham Blue Chip Dalam Tren Mendaki
Ia menambahkan bahwa saat ini manajemen juga akan memintakan persetujuan atas aksi tersebut kepada pemegang saham. Tepatnya, pada Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang bakal diselenggarakan 13 Maret 2025.
Dalam keterangan resminya, Corporate Secretary BNI Okki Rushartomo mengungkapkan buyback dimaksudkan untuk membantu mengurangi tekanan jual di pasar saat indeks harga saham sedang berfluktuasi, sekaligus memberi indikasi kepada investor bahwa perusahaan memandang harga saham saat ini tidak mencerminkan fundamental perusahaan.
“Tekanan pada saham BBNI juga mulai terasa sebagai dampak concern investor atas kondisi ketidakstabilan geopolitik dan kondisi makro ekonomi Indonesia seputar kondisi likuiditas dan pelemahan kurs,” jelas Okki.
Lebih lanjut, Okki menjelaskan nantinya saham hasil buyback ini akan dialihkan melalui pelaksanaan program kepemilikan saham bagi pegawai dan/atau program kepemilikan saham bagi direksi dan dewan komisaris. Ini dilakukan sebagai penerapan kebijakan pemberian kompensasi jangka panjang berbasis kinerja dan risiko.
Okki pun menegaskan tidak ada dampak material terhadap biaya operasional BNI, sehingga laba rugi diperkirakan masih sejalan dengan target. Hanya saja, itu akan mengurangi aset BNI dari Rp 1.129 triliun menjadi Rp 1.128 triliun per Desember 2024.
Selanjutnya: Disetujui DPR, RPP Kebijakan Energi Nasional Pangkas Peran Batubara hingga 7,8%
Menarik Dibaca: Ini Kelebihan Investasi Emas dan Deposito untuk Tujuan Keuangan
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News