kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.468.000   0   0,00%
  • USD/IDR 15.946   -52,00   -0,33%
  • IDX 7.161   -53,30   -0,74%
  • KOMPAS100 1.094   -8,21   -0,74%
  • LQ45 872   -4,01   -0,46%
  • ISSI 216   -1,82   -0,84%
  • IDX30 446   -1,75   -0,39%
  • IDXHIDIV20 540   0,36   0,07%
  • IDX80 126   -0,84   -0,67%
  • IDXV30 136   0,20   0,15%
  • IDXQ30 149   -0,29   -0,20%

Bank Antisipasi Penurunan Status Kredit Restrukturisasi Covid-19 Jadi NPL


Rabu, 30 Maret 2022 / 20:22 WIB
Bank Antisipasi Penurunan Status Kredit Restrukturisasi Covid-19 Jadi NPL
ILUSTRASI. Nasabah melalukan transaksi keuangan di kantor cabang BNI Tangerang Selatan, Rabu (9/2). /pho KONTAN/Carolus Agus Waluyo/09/02/2022.


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Tendi Mahadi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Oustanding restrukturisasi kredit terdampak Covid-19 di perbankan terus mengalami penurunan. Sebagian besarnya disebabkan karena sejumlah debitur sudah kembali bisa menjalankan kewajibannya dengan normal seiring bisnis mereka yang telah membaik. 

Kendati demikian, ada juga kredit restrukturisasi Covid-19 yang mengalami penurunan status atau downgrade jadi kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) meskipun aturan relaksasi ini masih berlaku hingga Maret 2023. 

Dalam aturan restrukturisasi Covid-19, regulator memberikan relaksasi dimana kredit tetap dikategorikan lancar. Namun, bank-bank memasukkan seluruh kredit yang direstrukturisasi ke dalam Loan at Risk (LAR). 

PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) misalnya telah mencatatkan Rp 6,8 triliun dari kredit restrukturisasi Covid-19 sudah benar-benar tidak bisa diselamatkan sehingga statusnya sudah jadi NPL.

Baca Juga: Bidik Himpunan DPK dari Segmen Pelaku Usaha, BTN Rilis Produk Tabungan Bisnis

Sejak awal pandemi Covid-19, BRI telah melakukan restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 246 triliun dari 2,9 juta lebih debitur. Hingga Februari 2022, jumlah outstanding restrukturisasi tersebut sudah turun menjadi Rp 149,1 triliun. 

Sunarso Direktur Utama BRI mengatakan, penurunan outstanding tersebut karena sebanyak Rp 69,37 triliun kredit sudah bisa membayar sesuai dengan ketentuan restrukturisasi. Lalu sebanyak Rp 21,4 triliun sudah benar-benar sehat tanpa harus berobat jalan.

"Adapun yang benar-benar sudah tidak bisa diselamatkan mencapai Rp 6,8 triliun," ungkapnya dalam Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, Rabu (30/3).

Seluruh kredit yang direstrukturisasi tersebut dimasukkan dalam status Loan at Risk (LAR) dan dikelola dengan baik. Sunarso bilang, pihaknya telah melakukan pencadangan sangat besar untuk mengantisipasi manakala kredit restrukturisasi tersebut benar-benar tidak bisa diselamatkan. 

Baca Juga: Dorong Pemberdayaan UMKM, Bank DKI Dukung Galeri JakPreneur

Pencadangan yang dialokasikan BRI tidak hanya terhadap NLP saja tetapi juga terhadap LAR. Coverage ratio yang dibentuk BRI terhadap NPL secara bank only mencapai 278% dan secara konsolidasi lebih dari 280%.  Sementara pencadangan terhadap LAR yang sudah dibentuk mencapai 35%.

Adapun PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) telah melakukan restrukturisasi Covid-19 di BNI per akhir 2021 telah turun ke Rp 72,12 triliun dari Rp 102,3 triliun pada takhir 2020. 

Dari angka akhir 2021 tersebut, sebanyak 2,3% sudah berstatus NPL dan 8,7% dalam kategori special mention. Direktur Manajemen Risiko BNI David Pirzada sebelumnya mengatakan, pihaknya akan menekat NPL tahun ini di bahwa 3% dengan dengan memperkuat manajemen risiko. 

Selain itu, BNI juga akan terus melakukan pencadangan. Pada akhir tahun, coverage ratio NPL BNI telah mencapai 233,38%.

Menurut Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) Trioksa Siahaan, dengan kondisi kenaikan harga minyak dan adanya ancaman inflasi saat ini maka sektor-sektor terdampak dari kondisi tersebut berpotensi mengalami kenaikan NPL.

"Saat ini tugas berat pemerintah adalah bagaimana mengendalikan inflasi di tengah kondisi pandemi ini," ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Advokasi Kebijakan Publik di Era Digital (Teori dan Praktek) Mengenal Pentingnya Sustainability Reporting

[X]
×