kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.541.000   21.000   1,38%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank Asing Masih Mendominasi Bisnis Bank Kustodian di Paruh Pertama 2022


Minggu, 10 Juli 2022 / 18:05 WIB
Bank Asing Masih Mendominasi Bisnis Bank Kustodian di Paruh Pertama 2022
ILUSTRASI. Dari 18 pelaku bisnis bank kustodian, lima terbesar masih didominasi oleh bank asing. KONTAN/BAihaki


Reporter: Maizal Walfajri | Editor: Herlina Kartika Dewi

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Peningkatan minat masyarakat dalam berinvestasi membawa berkah bagi perbankan. Melalui setiap pertambahan kepemilikan reksadana, maka bisnis bank kustodian tumbuh subur. 

Berdasarkan data Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) jumlah investor reksadana melonjak 74,2% year on year (yoy) dari 4,69 juta menjadi 8,17 juta per Mei 2022. Seiring dengan itu, nilai aktiva bersih industri reksadana juga ikut naik 3,52% di tengah kekhawatiran kondisi global. 

Dus, dana kelolaan bank kustodian ikut bertumbuh dan memberikan keuntungan bagi perbankan. Maklum, setiap dana yang ditempatkan akan mendatangkan pemasukan berbasis komisi bagi bank. 

“Bisa 0,05% hingga 0,25% dari dana kelolaannya. Tren pertumbuhan dana kelolaan pasti akan naik terus,” ujar Vice President Infovesta Utama Wawan Hendrayana kepada Kontan.co.id, Jumat (8/7).

Baca Juga: Multifinance Mencari Dana dari Obligasi

Biasanya bank kustodi mematok biaya komisi paling besar untuk reksadana saham. Sedangkan komisi paling kecil untuk reksadana proteksi. 

“Tetapi untuk yang publik fund akan berkurang karena aturan unitlink tidak boleh ke reksadana. Untuk existing produk sepertinya para asuransi akan pindah ke kontrak pengelolaan dana (KPD),” paparnya. 

Ia menyatakan KPD akan tetap menggunakan jasa kustodian, tetapi tidak tercermin di daftar reksadana publik. Asal tahu saja, manajer investasi (MI) bisa mengelola dana nasabah dengan dua cara secara publik maupun via reksadana maupun kontrak antara dua pihak dengan KPD. 

Berdasarkan data Infovesta jumlah dana kelolaan bank kustodian di Indonesia mencapai Rp 550,87 triliun per Mei 2022. Dari 18 pelaku bisnis bank kustodian, lima terbesar masih didominasi oleh bank asing. 

Bank HSBC Indonesia mengelola Rp 88,77 triliun, lalu Standard Chartered Bank sebanyak Rp 82,83 triliun, dan Citibank sebesar Rp 70,59 triliun. 

Di posisi keempat ada Bank CIMB Niaga dengan kelolaan sebanyak Rp 58,91 triliun. Kemudian, Deutsche Bank AG Cabang Jakarta sebanyak Rp 49,14 triliun. 

Wawan menyatakan terdapat beberapa aspek bagi MI dalam memilih bank kustodian dalam menempatkan dana kelolaan. Mulai dari fasilitas, reliabilitas, dan biaya yang ditawarkan. 

“Seperti contoh hanya ada beberapa kustodi yang bisa menerima ETF. Di sisi lain, kebetulan MI besar juga asing. Jadi ya lebih ke layanan yang diberikan ya, bukan asing lokal saja,” tegas Wawan. 

Bankir optimistis bisnis bank kustodian masih akan terus bertumbuh meskipun ekonomi global masih penuh ketidakpastian. 

Managing Director, Head of Global Markets & Securities Services Bank HSBC Indonesia Ali Setiawan menyatakan faktor eksternal seperti inflasi, perubahan suku bunga dan indikator pasar lainnya sangat berpengaruh terhadap kepercayaan dan keputusan investasi para investor, baik domestik maupun asing. 

“Semua faktor tersebut akan berdampak pada jumlah transaksi, pola investasi dan tipe asset yang diadministrasikan oleh bank kustodian. Strategi HSBC adalah dengan senantiasa berfokus pada kebutuhan nasabah dan investor pasar modal, terutama dalam menghadapi kondisi pasar saat ini,” ujarnya kepada Kontan.co.id, Minggu (10/7).

Menurutnya, HSBC juga terus bekerjasama dengan pihak otoritas dan para pelaku pasar lainnya untuk dapat mendukung perkembangan industri pasar modal di Indonesia. 

Seiring dengan itu, HSBC memiliki pandangan yang positif terhadap pertumbuhan dana kelolaan, meskipun hal tersebut akan selalu disesuaikan dengan keadaan pasar, kebutuhan investor dan juga faktor-faktor eksternal lainnya. 

Baca Juga: Transaksi Transfer Antar Bank Dengan BI Fast Capai Rp 320,6 Triliun

Ali bilang, HSBC selalu berupaya untuk menjadi yang terdepan dalam melayani kebutuhan nasabah, dengan memberikan solusi terbaik sesuai dengan perkembangan pasar dan peraturan yang ada. 

"Untuk mencapai hal tersebut, HSBC terus melakukan pengembangan baik dari segi infrastruktur maupun sumber daya manusia, agar dapat terus mendukung peningkatan kapasitas, layanan produk dan perkembangan regulasi di pasar modal,” tambahnya. 

Head of Securities Services Bank CIMB Niaga Kha Siung menyebut pada periode tahun berjalan, bisnis kustodian CIMB Niaga masih mengalami pertumbuhan dalam segi total dana kelolaan. Pada tahun ini bank kustodian CIMB Niaga sedang dalam proses melakukan beberapa terobosan baru. 

“Di antaranya, melakukan pergantian sistem kustodian yang lebih advance dan bertaraf internasional dengan beragam fitur-fitur baru yang lebih dapat mendukung produk-produk investasi baru bagi nasabah. Selain itu, kami juga melakukan pelatihan secara berkala kepada tim bank kustodian untuk meningkatkan kualitas layanan jasa yang diberikan kepada nasabah (customer experience),” jelasnya kepada Kontan.co.id, Jumat (8/7).    

Ia berharap dengan sejumlah kapabilitas baru dan peningkatan layanan jasa yang dimiliki oleh bank kustodian CIMB Niaga tersebut dapat meningkatkan pertumbuhan dana kelolaan yang cukup signifikan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×