kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   12.000   0,80%
  • USD/IDR 15.880   50,00   0,31%
  • IDX 7.196   54,65   0,77%
  • KOMPAS100 1.104   9,46   0,86%
  • LQ45 877   10,80   1,25%
  • ISSI 221   0,74   0,34%
  • IDX30 449   6,10   1,38%
  • IDXHIDIV20 540   5,33   1,00%
  • IDX80 127   1,26   1,00%
  • IDXV30 135   0,57   0,43%
  • IDXQ30 149   1,56   1,06%

Bank-Bank di Bawah Mega Corpora Akan Membentuk KUB, Bank Mega Jadi Inangnya


Selasa, 11 Januari 2022 / 18:00 WIB
Bank-Bank di Bawah Mega Corpora Akan Membentuk KUB, Bank Mega Jadi Inangnya
ILUSTRASI. Ultimate Shareholder PT Allo Bank Indonesia Tbk Chairul Tanjung?memberikan keterangan pers usai?rights issue Allo Bank di Jakarta, Selasa (11/1/2022).


Reporter: Dina Mirayanti Hutauruk | Editor: Khomarul Hidayat

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Setelah 10 tahun lamanya absen tampil dihadapan awak media, pengusaha Chairul Tanjung hadir menyapa di awal tahun 2022. Ia secara khusus tampil untuk memperkenalkan bank digital miliknya, PT Allo Bank Indonesia Tbk (BBHI).

Allo Bank sedang ramai diperbincangkan, terutama pergerakan sahamnya. Dalam setahun terakhir, kapitalisasi pasar bank yang baru resmi dicaplok CT lewat Mega Corpora pada Maret 2021 telah meroket. 

Saham BBHI terbang seiring dengan isu kehadiran investor strategis  yang kemudian terjawab pada Desember lalu. Bukalapak, Salim Group, Traveloka, dan Grab hadir menjadi investor bank ini lewat rights issue yang masih berproses saat ini. Saham para investor ini akan dikunci selama tiga tahun sehingga mereka tidak bisa cabut begitu saja. 

Kehadiran Allo Bank ini akan memperkuat dekapan pengusaha yang akrab disapa CT ini di industri perbankan. Mega Corpora sudah punya bank trandisional yang lebih besar yakni PT Bank Mega Tbk. Mega Corpora sekaligus menjadi pemilik saham di beberapa bank daerah diantaran menggenggam 24,9% saham Bank Sulteng,  24,08% saham Bank Sulutgo dan telah menyetor investasi Rp 100 miliar di Bank Bengkulu pada akhir 2020.

Baca Juga: Chairul Tanjung dan Bukalapak Akan Bikin Perusahaan E-Commerce Grocery

Dalam aturan Otoritas Jasa Keuangan (OJK), konsolidasi perbankan juga bisa dilakukan lewat skema Kelompok Usaha Bank (KUB). Bank-bank kecil bisa menginduk pada satu bank besar sebagai inangnya sehingga modal intinya cukup minimal Rp 1 triliun saja.

Oleh karena itu, bank-bank dalam dekapan CT akan membentuk KUB. "Bank Allo tidak akan dimerger dengan Bank Mega. Bank di bawah Mega Corpora akan membentuk KUB dimana Bank Mega akan jadi leading banknya," ungkap CT saat konferensi pers, Selasa (11/10).

Dengan KUB tersebut, lanjut CT,  Bank Mega dan Allo Bank akan melakukan kolaborasi yang erat dengan bank-bank daerah. BPD yang sudah dimasuki Mega Corpora akan dibantu ke depan untuk punya layanan digital agar bisa berkembang dalam melayani nasabahnya. 

Proses masuknya Mega Corpora ke Bank Bengkulu belum rampung. CT mengatakan, prosesnya butuh waktu karena memang ada perubahan peraturan yang berlaku di OJK. Sebelumnya, Pemprov Bengkulu sudah menyetujui Mega Corpora bisa mengambil saham Bank Bengkulu maksimal 26%. 

Ke depan, Mega Corpora masih membuka kemungkinan untuk masuk ke bank-bank daerah lain. Namun, CT menegaskan, pihaknya tidak berencana untuk membeli BPD tersebut melainkan hanya untuk tujuan kolaborasi saja.  

Bangun Sistem Teknologi Aplikasi Allo Bank 

Allo Bank akan meluncurkan aplikasi Allo pada Maret 2022 untuk menjalankan operasionalnya sebagai bank digital. Saat ini aplikasi tersebut masih dalam tahap ujicoba kepada karyawan CT Group. 

Menurut CT , ekosistem CT Group yang luas dan ditambah dengan ekosistem dari investor strategis Allo Bank yang lain akan menjadi kekuatan BBHI dalam menjalankan bisnisnya sebagai bank digital. 

Dengan ekosistem yang luas itu, Allo Bank menargetkan bisa memiliki 10 juta costumer pada tahun pertama sejak aplikasi tersebut diluncurkan.

"Target market kami bukan hanya millenial tetapi tetapi semua segmen. Target kami, satu minggu pertama setelah peluncuran bisa mencapai 1 juta pengguna dan satu tahun pertama 10 juta costumer. Membidik costumer tidak dilakukan secara paksaan tetapi dengan insentif seperti berbelanja di Transmart dapat diskon," jelas CT.

Baca Juga: Bukalapak, Salim, Traveloka dan Grab Lockup Saham Allo Bank (BBHI) 3 Tahun

Saat ini, Allo Bank masih mempersiapkan aplikasi ini agar saat ketika  diluncurkan nanti sudah benar-benar siap. Saat ini aplikasi sudah diujicobakan kepada 43.000 pengguna dari internal perusahaan dan akhir bulan akan ditambah menjadi 200.000. 

CT menjelaskan, Allo Bank nantinya akan memiliki keunggulan dibanding bank digital lainnya. Bank ini mengusung konsep one for all dan all for one.  Seluruh ekosistem yang ada di CT Corp akan terintegrasi dengan Allo Bank.

Misalnya, nasabah bisa berbelanja secara online dan offline di Transmart, nasabah bisa masuk media digital grup ini lewat aplikasi Allo Bank dan buka rekening Bank Allo juga akan bisa dilakukan lewat digital media tersebut. 

Baca Juga: Saham Grup Salim dan CT Corp Jadi Jawara Grup Konglomerasi Sepanjang 2021

"Dalam ekosistem kami nanti ada namanya membership. Kalau seseorang terdaftar jadi member di salah satu ekosistem kami maka dia akan terkoneksi dengan ekosistem yang lainnya. Ini akan kami koneksikan secara bertahap hingga pada akhir tahun semua ekosistem di grup sudah terkoneksi ke Allo Bank," kata CT.

Menurut CT, kekuatan sebuah bank digital ditentukan beberapa faktor. Pertama, kekuatan teknologi dan platform. Untuk mencipatakan teknologi dan aplikasi yang handal, tim development CT Corp bekerjasama dengan bank digital terbesar di dunia yang sudah berkiprah selama 8 tahun dengan 200 juta costumer. 

Bank digital dunia itu membantu CT Corpora dalam proses pengembangan sistem teknologi Allo Bank baik dari sisi software dan hardware. Hanya saja, CT tidak bersedia menyebut nama bank digital tersebut.

"Kerjasama kami sudah 2 tahun. Memang kami terganggu dengan adanya pandemi karena  membatasi moving antara tim kami ke negara asal bank ini dan begitu sebaliknya. Itu yang membuat kami butuh waktu lebih panjang dari perencanaan sebelumnya," jelas CT.

Kedua, ekosistem. CT bilang, CT Corpora sebetulnya sudah punya ekosistem yang cukup luas. Perusahaan punya jaringan ritel seperti Transmart, Food and Beverage, media, dan lain-lain. Namun, di era digital, kolaborasi merupakan kunci kesuksesan karena sekuat apapun ekosistem sebuah perusahan tetap mereka membutuhan ekosistem lainnya. 

Itu sebabnya, CT Corp mengundang investor lain masuk ke Allo Bank. Menurutnya,  jika ekosistem offline  CT Group dan Salim Group digabung maka dapat dipastikan Allo Bank menjadi bank dengan ekosistem paling besar di Indonesia. 

Potensi bisnis dari ekosistem fisik dinilai masih belum cukup membawa Allo Bank menjadi bank besar. Itu sebabnya, CT juga mengudang partner yang punya ekosistem digital seperti Bukalapak, Traveloka dan Grab. 

"Kehadiran ekosistem digital ini membuat ekosistem Allo Bank lengkap. Kalau hanya ekosistem fisik tentu ada kelemahannya, begitu juga dengan ekosistem digital sehingga ketika digabungkan akan menjadi kekuatan besar kami," ujar CT. 

CT menambahkan, bank digital tetap membutuhkan bank lainnya yang bersifat tradisional sebagai core bisnisnya. Dia menilai, Allo Bank beruntung satu afiliasi dengan Bank Mega.

Dengan adanya bank tradisional ini, nasabah Allo Bank akan semakin dimudahkan manakala membutuhakan layanan ATM dan layanan offline lainnya. "Jadi bergabungnya layanan bank digital dengan bank konvensional akan menciptakan kepercayaan nasabah," imbuhnya.

Baca Juga: Allo Bank Luncurkan Aplikasi Allo Maret Nanti, Bidik 10 Juta Nasabah di Tahun Pertama

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Working with GenAI : Promising Use Cases HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective

[X]
×