kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.504.000   5.000   0,33%
  • USD/IDR 15.935   0,00   0,00%
  • IDX 7.246   -68,22   -0,93%
  • KOMPAS100 1.110   -11,46   -1,02%
  • LQ45 880   -11,76   -1,32%
  • ISSI 222   -0,92   -0,41%
  • IDX30 452   -6,77   -1,48%
  • IDXHIDIV20 545   -7,80   -1,41%
  • IDX80 127   -1,32   -1,03%
  • IDXV30 136   -1,06   -0,77%
  • IDXQ30 150   -2,29   -1,50%

Bank Banten, antara keluarga Widjaja, Sandiaga Uno dan Wahidin Halim


Sabtu, 25 April 2020 / 12:43 WIB
Bank Banten, antara keluarga Widjaja, Sandiaga Uno dan Wahidin Halim
ILUSTRASI. maizal.walfajri-dok. Bank Banten. 3 jaringan kantor dan ATM Bank Banten tak terdampak tsunami


Reporter: Anggar Septiadi | Editor: Ahmad Febrian

KONTAN.CO.ID - JAKARTA. Pada Rabu (22/4), di beberapa ATM Bank Banten terjadi antrean bak ular naga panjangnya. Rush tersebut terjadi  setelah Gubernur Banten, Wahidin Halim memindahkan dana kas daerah di Bank Banten ke Bank BJB. Rupanya masyarakat khawatir Bank Banten tak lagi memiliki uang tunai.

Wahidin bilang, pemindahan dana kas daerah itu setelah  Bank Banten terlambat menyalurkan dana bagi hasil (DBH) pajak dan dana jaring pengaman sosial seharusnya selesai disalurkan 17 April 2020 lalu. Pada Februari 2020, ada Rp 181 miliar lebih DBH pajak dan Rp 709,21 miliar dana jaring pengaman yang telat disalurkan.

Kemudian dalam Rapat Pembahasan Likuiditas Bank Banten pada 21 April 2020 bersama Perwakilan Bank Indonesia Provinsi Banten, disepakati oleh Bank Banten tidak likuid dan mengalami stop kliring. "Sehingga dibutuhkan  aksi pemindahan dana kas daerah," ujar Wahidin  dalam keterangan resmi, Kamis (23/4).

Meski sudah beberapa kali berpindah tangan, rupanya keuangan Bank Banten masih belum banyak berubah. Mari kita kembali ke tahun 2009, saat Bank Banten masih bernama Bank Eksekutif. Itu sebabnya kode saham bank ini: BEKS.  Pemiliknya adalah keluaerga Widjaja, yakni Lunardi Widjaja 53,15%, Lusiana Widjaja 10,29%, Irawati Widjaja 4,99%, Sinthyawati Widjaja 4,99%, Setiawan Widjaja 4,82% dan  publik  21,76%. 

Menjelang  akhir tahun 2009 kondisi bank ini   memburuk. Pada November 2009, Bank Indonesia (BI) yang saat itu masih menjadi pengawas perbankan mengultimatum manajemen agar menambah modal, sehingga rasio kecukupan modal (CAR) bisa meningkat menjadi 8%. Sepekan kemudian, manajemen Bank Eksekutif menambah modal sehingga CAR bisa di atas 10%. Namun bank tersebut masih dibelit tingginya rasio kredit bermasalah (NPL).. BI akhirnya memberi ultimatum kepada Bank Eksekutif untuk memperbaiki kondisinya hingga 31 Maret 2010.

Tapi pada 19 Februari 2010, BI memutuskan Keluarga Widjaja mencari investor baru. Rupanya pemegang saham lama tidak punya dana atau give up. Maka, masuklah Recapital Group milik Rosan P. Roeslani dan Sandiaga Uno sekitar Juni 2010.  Rupanya Recapital ingin mengulang kesuksesan ketika menguasai Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN)

Nama Bank Eksekutif dikubur dan menjadi Bank Pundi, lalu peresmian besar-besaran pada September 2010 di kawasan Monas, Jakarta. Saat itu kawasan Monas dipenuhi pedagang kecil seperti tukang sayur dan sembako, sebagai simbil berubahnya bisnis bank. Ya, Bank Eksekutif sebelumnya fokus kepada sektor korporasi, sementara Bank Pundi menitikberatkan strategi pada pengembangan pembiayaan di sektor usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). 

Hasil transformasi bisnis Bank Pundi sejak tahun 2011 terlihat dengan ekspansi cabang di berbagai kota besar dan jmlah karyawan meningkat. Di akhir tahun 2012, jaringan  Bank Pundi sebanyak 207 kantor yang tersebar di hampir seluruh kota besar di Indonesia dengan jumlah karyawan sebanyak 8.200 orang.  Dari sebelumnya 187 kantor dan jumlah karyawan sebanyak 6.691 orang.

Hanya sekitar enam tahun berada di dekapan Recapital, kepemilikan Bank Pundi berpindah. Pada tahun 2016 Banten Global Development milik Peprov Banten menguasai Bank Pundi. Lalu menyulap namanya menjadi PT Bank Pembangunan Daerah Banten Tbk dengan merek Bank Banten. 

Namun sepertinya warga Banten hanya seumur jagung mempunyai BPD. Kembali ke cerita di awal tulisan ini, Wahidin mengalihkan rekening kas Pemprov Banten yang ternyata merupakan bagian rencana merger. Wahidin sebagai Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank  Banten meneken kesepakatan awal lewat letter of intent (LoI) dengan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil selaku Pemegang Saham Pengendali Terakhir Bank BJB alias PT Bank Pembangunan Daerah Jawa Barat Tbk (BJBR). "Saya sudah sampaikan ke berbagai pihak untuk menyelamatkan Bank Banten dan OJK telah memfasilitasi. Upaya lain juga sudah dilakukan, bulan Maret  lalu, saya menemui Direktur BJB Syariah agar bisa merger untuk membentuk bank syariah," jelas Wahidin. Inikah akhir kisah Bank Eksekutif atau Bank Pundi alias Bank Banten?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
Kiat Cepat Baca Laporan Keuangan Untuk Penentuan Strategi dan Penetapan Target KPI Banking and Credit Analysis

[X]
×