Reporter: Nur Qolbi | Editor: Yudho Winarto
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Ina Perdana Tbk (BINA) menargetkan penyaluran kreditnya pada tahun 2019 ini bisa naik 14%-17%. Sebelumnya, penyaluran kredit BINA sepanjang tahun lalu adalah Rp 1,76 triliun. Besaran ini naik 19,7% yoy dari Rp 1,47 triliun per 2017.
Penyaluran kredit ini masih didominasi ke non-UMKM. Akan tetapi, menurut Direktur Utama BINA Daniel Budirahaju, ke depannya perusahaannya akan meningkatkan penyaluran kredit ke UMKM.
“Kami akan menggarap untuk membantu program pemerintah untuk menyalurkan kredit UMKM,” ucap dia Jumat (10/5).
Ia berharap, dalam lima tahun ke depan aset perusahaannya berubah menjadi penyaluran kredit ke UMKM dan mikro-financing melalui kerja sama dengan peritel yang sudah punya jaringan luas.
Sampai tahun 2019, perusahaan ini menargetkan penyaluran kredit ke UMKM dan micro-financing bisa mencapai 20%-22%. “Lima tahun ke depan kami mengharapkan kami punya kontribusi pembiayaan terhadap micro-financing dan UMKM sebesar 30%,” kata dia.
Sebagai informasi, penyaluran kredit BINA ke UMKM per 2018 adalah sebesar Rp 282 miliar atau 16,03% dari total penyaluran kreditnya.
Oleh karena itu, BINA sedang mempersiapkan platform dan bisnis model untuk micro-financing ini dengan menggandeng perusahaan retail seperti Indogrosir.
"Kami juga sedang menjajaki kerja sama dengan Achilles, Indomobil, dan Indofood. Kami akan kerja sama dalam menyalurkan pembiayaan distributor dan gerai-gerai mereka," kata Budi.
Selanjutnya, seiring peningkatan penyaluran kredit di 2019, BINA menargetkan pendapatan bunga bersihnya bisa tumbuh sebesar 18%-21%. Per 2018, BINA mencatatkan kenaikan pendapatan bunga bersih sebesar 13,6% secara tahunan, dari Rp 126 miliar menjadi Rp 143 miliar.
Perusahaan ini juga menargetkan kenaikan laba bersih sebesar 10%-12%. Per tahun lalu, laba bersih BINA menurun 37,9% secara tahunan dari Rp 18 miliar menjadi Rp 11 miliar akibat peningkatan beban CKPN dan beban operasional.
Tahun ini, BINA juga menargetkan bisa menekan rasio non-performing loan (NPL) ke level 2%. Sepanjang 2018, perusahaan ini berhasil menekan NPL gross-nya dari 4,6% pada 2017 menjadi 2,43% pada 2018. Sementara NPL net berhasil ditekan dari 2,48% menjadi 2,06%.
Oleh karena itu, setelah melihat pemilihan umum berjalan baik, Budi mengharapkan di tahun ini tidak ada hal lain yang berdampak signifikan.
“Kami harapkan pertumbuhan ekonomi Indonesia akan jauh lebih baik yang mana selain domestik kami mengharapkan dari investor luar untuk percaya ke pemerintahan selanjutnya,” kata dia.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News