kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   -13.000   -0,85%
  • USD/IDR 16.200   -20,00   -0,12%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank Indonesia Meluncurkan Buku Putih


Rabu, 20 Januari 2010 / 09:28 WIB
Bank Indonesia Meluncurkan Buku Putih


Reporter: Ruisa Khoiriyah | Editor: Johana K.

Jakarta. Bank Indonesia (BI) agaknya enggan menjadi kambing hitam dalam persoalan kisruh bailout Bank Century senilai Rp 6,7 triliun. Kemarin (19/1), BI meluncurkan buku putih mengenai kisah seputar skandal Century dari sudut pandang bank sentral.

Maklum, selama ini lemahnya pengawasan perbankan oleh BI dituding sebagai biang keladi bailout itu. Kecakapan BI dalam fungsi pengawasan bank pun dipertanyakan.

Nah, lewat buku putih itu, BI berupaya menepis semua tuduhan itu. "Kami menyusun buku ini agar masyarakat bisa lebih jernih membacanya dan duduk persoalan menjadi jelas," ungkap Deputi Gubernur BI Ardhayadi Mitroatmodjo.

Buku setebal 84 halaman tersebut mengupas hampir semua yang menjadi sorotan publik selama ini. Mulai dari kualitas pengawasan bank, penanganan bank bermasalah, kegagalan Bank Century, pertimbangan kategori sistemik sebuah bank, kemudian tentang pelunakan aturan pemberian Fasilitas Pendanaan Jangka Pendek (FPJP), dan terakhir tentang untung rugi penyelamatan Century.

BI juga mengingatkan tugas pengawas bank adalah demi memastikan pengelolaan sebuah bank sesuai prosedur. "Urusan bank itu sehat atau tidak adalah tugas direksi bank," tulis Darmin Nasution, pejabat sementara Gubernur BI dalam buku tersebut.

Khusus kasus Century, BI menilai sumber api ada pada pengawasan di pasar modal, yaitu Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). "Pengawas BI sudah melaporkan kasus reksadana gelap ke Bapepam-LK," kata BI.

Nyatanya, BI menilai, publik tetap tak berpihak padanya meskipun sudah ada penjelasan. "Publik lupa sumber apinya," keluh bank sentral.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU

[X]
×