Reporter: Selvi Mayasari | Editor: Wahyu T.Rahmawati
KONTAN.CO.ID - JAKARTA. PT Bank Mandiri secara konsisten berupaya mendorong implementasi aspek ESG dan praktik keuangan berkelanjutan. Sampai dengan posisi Desember 2022, Bank Mandiri telah menyalurkan pembiayaan berkelanjutan sesuai Kategori Kegiatan Usaha Berkelanjutan (KKUB) dalam POJK 51/2017 sebesar Rp 228,8 triliun. Penyaluran kredit sektor berkelanjutan ini meningkat 11,6% secara YoY dan berkontribusi mencapai 24,5% dari total kredit (bank only).
Ahmad Siddik Badruddin, Direktur Manajemen Risiko Bank Mandiri menjelaskan, penyaluran pembiayaan berkelanjutan tersebut didominasi oleh kategori pengelolaan SDA berkelanjutan sebesar Rp 92,9 triliun, energi baru terbarukan (EBT) sebesar Rp 6,1 triliun dan transportasi ramah lingkungan sebesar Rp 3,1 triliun. Adapun untuk pembiayaan kategori sosial (UMKM) sebesar Rp 117 triliun.
"Selain penyaluran pembiayaan berkelanjutan sesuai KKUB (use of proceeds), Bank Mandiri juga terus melakukan pengembangan produk berkelanjutan seperti Sustainability Linked Loan (KPI based), antara lain pada debitur yang bergerak di Sektor Peternakan dan Industri Semen. Dengan skema pembiayaan tersebut, Bank Mandiri berharap dapat mendorong debitur bertransisi menuju kegiatan usaha yang lebih ramah lingkungan," ungkap Siddik kepada kontan.co.id, Senin (30/1).
Baca Juga: BCA Menyalurkan Kredit Senilai Rp 183,2 Triliun ke Sektor Berkelanjutan pada 2022
Bank Mandiri berupaya meningkatkan share pembiayaan berkelanjutan, antara lain pada sektor perkebunan sawit & CPO yang tersertifikasi ISPO/RSPO, serta sektor prioritas pemerintah seperti EBT dan kendaraan bermotor listrik berbasis baterai (KBLBB). Pada segmen retail, Bank Mandiri meluncurkan produk kredit serbaguna mikro dan kartu kredit khusus pembelian solar panel.
Untuk mendukung tren pembiayaan berkelanjutan yang semakin meningkat tersebut, dari sisi pendanaan Bank Mandiri juga telah menerbitkan sustainability bond sebesar US$ 300 miliar dan transaksi ESG Repo sebesar US$ 500 juta, serta rencana penerbitan green bond pada tahun 2023.
Menurut Siddik, beberapa tantangan dalam penyaluran pembiayaan berkelanjutan antara lain awareness terkait aspek ESG yang masih perlu ditingkatkan dan karakteristik kegiatan usaha berkelanjutan yang secara umum masih memiliki risiko tinggi. Sehingga dibutuhkan regulasi, kebijakan, maupun insentif dari pemerintah yang mendukung.
Baca Juga: Bos BRI Sebut Tren Industri Perbankan di Indonesia Akan Dipengaruhi 6 Faktor Ini
Oleh karena itu, Bank Mandiri secara bertahap melakukan capability development yang melibatkan berbagai pihak baik dari industry expertise, debitur, regulator dan lembaga terkait lainnya.
"Selanjutnya, Bank Mandiri juga berharap mendapatkan dukungan lebih lanjut dari pemerintah dan regulator terkait program dan insentif yang dapat mendorong dan meningkatkan pembiayaan kepada ekosistem bisnis berkelanjutan yang lebih luas lagi," imbuh Siddik.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News