Reporter: Issa Almawadi | Editor: Dessy Rosalina
JAKARTA. Sebentar lagi, pemerintah bakal merilis obligasi ritel negara seri ORI 011. Tidak cuma investor ritel yang menanti, perbankan pun bersiap membidik ORI 011 sebagai sumber pemasukan komisi (fee based income). Sejumlah bank yang dihubungi KONTAN bahkan telah mematok target penjualan ORI 011 kepada nasabah. Bank Rakyat Indonesia (BRI) misalnya.
Budi Satria, Sekretaris Perusahaan BRI mengatakan, BRI berharap mendapat jatah penjualan ORI 011 sekitar Rp 800 miliar dari pemerintah. "Memang belum diumumkan. Tapi, perkiraan kami akan dapat Rp 800 miliar," tutur Budi, kemarin. Tahun lalu BRI mendapat jatah menjual Rp 800 miliar ORI 010. Target bank swasta lebih tinggi.
Tengok saja ambisi Bank Internasional Indonesia (BII). Lani Darmawan, Direktur Ritel BII mengatakan, BII selalu ambil bagian sebagai agen penjual surat utang pemerintah, termasuk ORI. Lani bilang, BII membidik target penjatahan ORI seri terbaru hingga Rp 500 miliar. Senada, Ka Jit, Senior Corporate Executive Consumer Banking OCBC NISP bilang, NISP berharap bisa mendapatkan jatah penjualan minimal Rp 1 triliun.
Kendati nilainya jumbo, OCBC NISP optimistis bisa menjual ludes ORI 011. Strateginya, OCBC NISP menjual secara cross selling alias ke nasabah existing. "Kepada nasabah premier maupun non premier, melalui program berhadiah," imbuh Ka Jit.
Pada penjualan ORI 010, OCBC NISP menjual Rp 1,2 triliun, dari jatah awal Rp 800 miliar. Sebagai gambaran, OCBC NISP mengantongi fee sekitar 0,3% sampai 0,35% dari total penjualan sukuk ritel (SR-006) yang totalnya mencapai Rp 800 miliar pada Maret lalu.
Catatan saja, masa penjatahan ORI 011 digelar 20 Oktober. Rencananya, pemerintah bakal menyerap dana Rp 20 triliun dari penerbitan ORI baru ini. Analis meramal, kupon ORI 011 berkisar 8,75%-9,25%. Imbal hasil ini lebih tinggi ketimbang bunga deposito yang dijamin Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) sebesar 7,75%.
Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News