kontan.co.id
banner langganan top
| : WIB | INDIKATOR |
  • EMAS 1.520.000   0   0,00%
  • USD/IDR 16.200   0,00   0,00%
  • IDX 7.066   -30,70   -0,43%
  • KOMPAS100 1.055   -6,75   -0,64%
  • LQ45 830   -5,26   -0,63%
  • ISSI 215   0,27   0,12%
  • IDX30 424   -2,36   -0,55%
  • IDXHIDIV20 513   -0,30   -0,06%
  • IDX80 120   -0,79   -0,65%
  • IDXV30 124   -1,30   -1,04%
  • IDXQ30 142   -0,32   -0,23%

Bank perbesar fee based income


Jumat, 26 Juli 2013 / 08:28 WIB
Bank perbesar fee based income
ILUSTRASI. Drama Korea Why Her?, dibintangi oleh Hwang In Yeop dan juga Seo Hyun Jin yang dijadwalkan tayang di bulan Maret ini.


Reporter: Roy Franedya, Emma Ratna Fury, Benediktus Krisna Yogatama | Editor: Roy Franedya

JAKARTA. Meski dihantui pelambatan kredit dan pelemahan nilai tukar rupiah, perbankan masih mampu mencetak laba besar. Buktinya, Bank BNI, OCBC NISP dan Bank Victoria mampu membukukan pertumbuhan laba bersih diatas 30%.

Bank BNI berhasil mencetak laba bersih Rp 4,28 triliun atau tumbuh 30,2% ketimbang periode yang sama tahun 2011. Laba OCBC NISP Rp 536 miliar atau tumbuh 32%. Laba Bank Victoria tumbuh 64,1%% menjadi Rp 140 miliar.

BNI berhasil mencetak laba besar karena peningkatan penyaluran kredit, fee based income dan penurunan biaya dana. Hasilnya, net interest margin (NIM) terdongkrak. Semester I 2013, pendapatan bunga bersih BNI tumbuh 23,1% menjadi Rp 8,89 triliun. Fee based mencapai Rp 4,56 triliun atau tumbuh 22%. Adapun biaya dana turun dari 3,5% jadi 2,3%. "Kami fokus pada pengumpulan dana murah, sehingga biaya dana bisa ditekan," ujar Direktur Utama Bank BNI, Gatot M. Suwondo, Kamis (25/7).

Bank Victoria menunjukkan kilau serupa. Bank milik Victoria Investama ini berhasil mencatatkan pendapatan bunga bersih dari penyaluran kredit sebesar Rp 191,32 miliar atau tumbuh 50,42%.

Presiden Direktur Bank VIctoria, Eko R. Gindo, mengatakan laba Victoria juga ditopang fee based income. Victoria menggaet fee based income sekitar Rp 4 miliar - Rp 5 miliar per bulan. Sebagian besar fee berasal dari biaya administrasi dan kegiatan transfer dana. Semester II-2013, Victoria menargetkan bisa mendapat fee based sekitar Rp 100 miliar. "Kestabilan NIM juga menjadi faktor peningkatan laba," ujarnya.

Kondisi sedikit berbeda terjadi di Bank OCBC NISP. Pendapatan bunga bersih bank milik investor asal Singapura ini berhasil tumbuh 23%, menjadi Rp 1,5 triliun. Tapi fee based income malah turun 6% menjadi Rp 385 miliar.

Presiden Direktur OCBC NISP, Parwati Surjaudaja, mengatakan siap menjaga pertumbuhan kredit semester II-2013 di kisaran 20% - 22%. OCBC NISP juga akan fokus pada dana murah.

Menurut Gatot, dalam mencetak laba, perbankan tak bisa selalu bergantung pada penyaluran kredit. Imbal hasil pinjaman (yield loan) pasti turun karena persaingan ketat. Tapi ada dua cara menjaga laba bertumbuh, yakni, fee based income dan efisiensi.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News



TERBARU
Kontan Academy
HOW TO CHOOSE THE RIGHT INVESTMENT BANKER : A Sell-Side Perspective Bedah Tuntas SP2DK dan Pemeriksaan Pajak (Bedah Kasus, Solusi dan Diskusi)

[X]
×